Musim Dingin dan Keteguhan dalam Amal Kebaikan

Oleh : Ammylia Rostikasari, S.S.

0

BEBERAPA hari belakangan ini, cuaca di nusantara terasa tak biasa. Dingin karena suhunya minim ditambah pula dengan kencangnya tiupan angin.

MENURUT Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddinmenjelaskan, pada Juli, matahari berada di belahan utara, sehingga belahan selatan sedang musim dingin. Pada saat posisi matahari di utara, di selatan dingin, maka tekanan udara lebih besar di selatan. Angin bertiup selatan ke utara. Pada saat kemarau ini, khususnya Jawa, angin bertiup dari Tenggara, Australia, sedang musim dingin. Sehingga, wilayah Jawa akan terasa lebih dingin dari rata-rata,” terang Thomas(Okezone.com/6/7/2018).

Islam Memandang Musim Dingin

Hal yang manusiawi jika kita merasa kedinginan. Namun, jiwa yang terjalin kuat untuk senantiasa berhubungan dengan Allah subhanahu wata’ala, musim dingin bukanlah sebuah alasan untuk menunda kebaikan atau bahkan mangkir dalam perjuangan. Mengapa demikian? Karena kita bukanlah pasukan Abu Sufyan yang berjuang semata-mata karena sesembahan selain Allah subhanahu wata’ala. Abu Sufyan dan pasukannya yang enggan segera melintasi parit untuk menghadapi pasukan Kaum Muslimin saat Perang Ahzab.

Mereka melemah dan mengeenggan karena saat itu Madinah tengah berada dalam musim dingin. Suhunya minim ditambah dengan kencangnya tiupan angin. Ide briliant Salman Al-Farisi dalam pembuatan parit telah berhasil membuat Abu Sufyan dan pasukan gabungan (Ahzab) berlama-lama berkemah di depan parit. Motivasi perjuangan mereka rendahan semata karena kepongahan juga sesembahan selain Allah subhanauwata’ala, sehingga mudah diterjang oleh dinginnya cuaca yang mencekam.

Kita bukanlah pasukan Abu Sufyan. Saat musim dingin datang menghampiri, kita berupaya senantiasa menjalin tali temali dengan Ilahi Robbi. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa musim dingin adalah sesuatu yang berarti. “Di mana malamnya panjang untuk bersembah sujud khusyuk kepada Sang Pencipta. Siangnya pendek untuk saum”(Al Hasan). Dinginnya malam tak membuat enggan untuj segera mengambil wudhu dan bertahajud.

Karena sejatinya musim dingin bukanlah alasan untuk menunda amal kebaikan. Sejatinya musim dingin adalah bentuk kekuasaan Allah subhanahu wata’ala yang Maha Menguji kegigihan setiap hamba-Nya. Apakah akan terjebak mengikuti jejak kedurhakaan Abu Sufyan atau konsisten dalam ketaatan sebagaimana teladan Rasulullah saw. beserta para sahabatnya.

Sungguh dengan beradanya kita pada kesempatan musim dingin tahun ini, itu berarti satu musim lagi umur kita semua berkurang dari jatah yang Allah telah tentukan.Semua itu akan menjadi saksi di hadapan Allah kelak sebagai pertanggung jawaban akan waktu yang telah dilalui. Sebagai seorang mukmin yang baik, makamengintropeksi diri adalah momentum yang sangat berarti.Persembahan yang ia siapkan untuk hari esoknya di akhirat kelak karena sesungguhnya manusia ini hanyalah terdiri dari 3 hari.

Pertama adalah hari yang telah berlalu dan apa yang ada di dalamnya, kemudian hari esok yang penuh dengan angan-angan yang belum tentu bisa dicapai, kemudian yang terakhir adalah ini yang mana engkau berada di dalamnya, maka lakukanlah apa yang terbaik bisa kamu lakukan pada hari in dalam ibadahi. Ada dalam ketaatan yang kaffah guna meraih berkah dan magfiroh. Semoga Allah memudahkan urusan setiap hambanya yang berupaya istiqomah.

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah” aamiin.

Wallahu’alambishowab.(jejakrekam)

Penulis adalah Aktivis Akademi Menulis Kreatif dan KomunitasPenulis Bela Islam

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.