Kondisi Sekolah Pinggiran dan Pusat Kota Banjarmasin Masih Jomplang

0

MENGACU ke Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) RI Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi, proses penerimaan murid baru tahun ajaran 2018-2019 serentak dilakukan di Indonesia, termasuk Banjarmasin.

SECARA bertahap, proses penerimaan siswa baru ini mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Dalam Permendikbud Nomor 14/2018 bertujuan untuk merevitalisasi pelaksanaan penerimaan peserta didik baru agar berlangsung secara lebih objektif, akuntabel, transparan, nondiskriminatif, dan berkeadilan sehingga dapat meningkatkan akses layanan pendidikan.

Salah satunya mengatur tentang sistem zonasi yang mulai diterapkan dalam PPDB tahun ini.  Ketua Komisi IV DPRD Banjarmasin, HM Faisal Heriyadi mengakui sistem zonasi merupakan langkah strategis untuk pemerataan kualitas pendidikan nasional.

“Sebab, dengan sistem zonasi calon murid tidak lagi menumpuk di  sekolah tertentu serta tidak ada label sekolah favorit dan non unggulan,” ucap Faisal Heriyadi kepada jejakrekam.com, Rabu (4/7/2018).

Menurut dia, dengan sistem pendaftaran secara online, patut didukung sebagai upaya pemerintah untuk menimalisir kemungkinan praktek jual beli kursi di sekolah.

“Namun, sistem zonasi yang diberlakukan secara nasional tidak cukup, jika tak diiringi dengan upaya Pemkot Banjarmasin dalam pemerataan kualitas fisik sekolah yang ada di kota ini,” ucap legislator PAN ini.

Sekretaris DPW PAN Kalsel ini mengakui di lapangan, masih terlihat begitu jomplangnya kualitas fisik bangunan antar sekolah, terutama sekolah pinggiran dan sekolah yang berada di pusat Kota Banjarmasin.

Dia mencontohkan sekolah yang berada di pinggiran kota, masih kekurangan ruang kelas belajar di tengah tingginya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya, terkait dengan sistem zonasi. Termasuk pula, fasilitas pendukung sekolah agar tak ada dikotomi antara sekolah favorit dan sekolah pinggiran kota.

“Kami juga menginginkan agar perlu guru-guru di sekolah itu dirolling secara simultan. Ini agar, para tenaga pendidik ini tidak mengajar di satu sekolah tertentu dalam waktu yang lama. Bisa saja mereka bosan, sehingga perlu dipindah ke sekolah lain, agar terjadi perubahan terutama dalam pengalaman mengajar di sekolah,” pungkas Faisal.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.