Banyak Faktor yang Bisa Menjadi Penyebab Banjir

0

MANTAN dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kartasirang memiliki pendapat lubang tambang menjadi penyerap air, dan bukan penyebab banjir, seperti yang terjadi di beberapa kabupaten di Kalsel.

AIR hujan yang membasahi permukaan tanah bisa masuk ke lubang tambang,” katanya.

Kartasirang mengatakan, aktivitas pertambangan hanya akan merusak aliran air dalam tanah. Sebab, adanya pengerukan menyebabkan aliran air dalam tanah tersumbat atau hilang. “Atau juga air tanah itu keluar, terbuang,” ucapnya.

Ia menilai banjir yang terjadi karena resapan air yang tersumbat. Apabila hujan turun dengan volume yang besar agar tergenang harus masuk ke dalam tanah. Jika terhambat atau tersumbat, maka akan menggenang di atas permukaan tanah dan menjadi banjir.

Menurutnya, terhambatnya resapan air tanah itu terjadi karena beberapa hal, misalnya banyak pohon-pohon penyerap air ditebang atau mati karena termakan usia. “Perkebunan sawit juga menyebabkan resapan air terhambat, sebab tanaman sawit tidak menyerap air. Itu salah satu masalahnya,” tegasnya.

Menurutnya, tingginya curah hujan juga menjadi penyebab musibah musiman itu. Namun selain itu, pengelolaan perkebunan sawit juga perlu dibenahi. Agar resapan air di lokasi perkebunan sawit tidak terhambat, maka harus melaksanakan pola ramah lingkungan. “Misalnya penanaman pohon sawit bisa diselang-seling dengan pohon hutan penyerap air atau dibuat lubang-lubang agar air hujan bisa masuk ke dalam tanah,” tuturnya.

Selain perkebunan kelapa sawit yang tidak terkelola dengan baik dan juga berkurangnya pohon penyerap air, penyebab kebajiran lainnya adalah semakin bertambah banyaknya perumahan atau permukiman pendudukan.

Kawasan yang sebelumnya hutan lalu diurug dan ditutupi oleh semen juga menghambat resapan. “Yang tadinya kawasan itu penyerap air, karena sudah jadi perumahan maka berkurang secara otomatis. Air yang tadinya meresap akan meluap ke tempat lain, lalu menyebabkan banjir,” ungkapnya.

Dikatakannya, besarnya pembangunan infrastruktur jalan, bangunan, gedung, dan lain sebagainya juga secara otomatis mengurangi atau menghilangkan lokasi-lokasi penyerap air di permukaan tanah. “Sehingga limpahan air tersebut menumpuk di titik lainnya,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Sayyidil Ahmada
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.