Hujan Sebentar, Kawasan Jalan Hasan Basry Kayutangi Sudah Diserbu Air

0

HUJAN lebat yang sebentar saja, hampir satu jam lebih membuat kawasan Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi Banjarmasin sudah terendam air. Air pun diperkirakan akan lambat surut, akibat sungai-sungai yang ada di sekeliling kawasan poros Kalsel-Kalteng itu juga tengah tinggi debit airnya, Sabtu (30/6/2018) sore.

KETINGGIAN air yang sudah berada di atas mata kaki orang dewasa terlihat di perempatan Jalan Brigjen H Basry-Jalan Cemara Raya, Jalan Cendana, serta Gang Pengkor, dekat Gedung Sultan Suriansyah Banjarmasin.

Diduga akibat kawasan itu sudah dipenuhi bangunan ruko yang lebih tinggi dibanding badan jalan, bahkan kemiringan halaman ruko kebanyakan dibeton, membuat limpahan air hujan terkumpul di bahu jalan dan membentuk genangan yang memanjang.

Terpaksa para pengendara pun tak berani melintas di bahu jalan, ditambah banyak parkir kendaraan bermotor baik sepeda motor dan mobil yang turut terendam seperempat bannya. Apalagi, kawasan trotoar telah berubah menjadi areal parkir sejumlah ruko, perkantoran dan rumah makan, hingga terlihat sampah dan lumpur menutupi lubang kecil drainase.

“Air yang menggenang ini memang agak lambat surutnya. Apalagi, Sungai Miai dan anak sungai yang tengah dalam airnya. Ini belum ada pendangkalan di saluran sungai kecil, akibat lumpur dan sampah,” ucap Maskanah, warga Sungai Miai yang sehari-hari berjualan di kawasan Gang Pengkor Banjarmasin kepada jejakrekam.com, Sabtu (30/6/2018).

Dia memperkirakan dengan kondisi air sungai yang tinggi, maka butuh waktu 1 hingga 2 jam baru bisa surut kembali. “Tapi, kalau sungai surut, biasanya cepat juga surut genangan air yang ada di jalan. Saat ini, debit air sungai juga tengah dalam. Makanya, air sungai yang menghadang,” kata wanita paruh baya ini.

Pengamat perkotaan, Adhi Surya Said pun mengatakan saat ini kondisi kawasan Kayutangi sudah jauh dari kontur alami, terutama ketika sungai-sungai yang merupakan jalur drainase alam sudah dilibas bangunan beton dan menerapkan pola pembangunan sistem urukan.

“Akhirnya, air tak bisa ke mana-mana. Makanya, jangan heran, hujan sebentar saja, kawasan Kayutangi akan terus tergenang seperti di seputaran Jalan Cemara, Cendana dan lainnya,” ucap Adhi Surya.

Dosen Fakultas Teknik Uniska Muhammad Arsyad Al-Banjary ini mengaku miris, saat ini sungai telah berubah menjadi saluran, bukan lagi difungsikan sebagai jalur untuk mengeringkan air menuju sungai besar yang ada di sekelilingnya.

“Padahal, sepanjang Jalan Hasan Basry itu dulunya di samping kiri dan kanan jalan adalah sungai. Sekarang telah berubah hanya jadi saluran air dan makin mengecil. Ini belum lagi, sistem drainase di kawasan Kayutangi yang belum terkoneksi. Dulu, sungai bertemu sungai, sehingga air cepat surut, ditambah masih banyak daerah tangkapan air atau catchment area berubah menjadi bangunan dan terus diuruk,” papar Adhi Surya.

Magister teknik jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan akhirnya yang menjadi daerah serbuan air adalah komplek perumahan di sekitar kawasan Kayutangi. “Perencanaan drainase perlu terintegrasi antara saluran buatan dengan saluran alamiah. Jika tidak, maka akan terus menjadi genangan air dan mempercepat rusaknya aspal jalan,” papar Adhi.

Sebelum terlambat, Adhi menyarankan agar Pemkot Banjarmasin dan Pemprov Kalsel serta pemerintah pusat segera bertindak agar masalah klasik semacam itu tak terus terulang. “Bisa dibayangkan, jika curah hujan tinggi dan berhari-hari. Makanya, genangan air membesar dan banjir pun tak bisa dihindari. Jelas, kawasan di seputaran Kayutangi akan menjadi daerah pemukiman tak nyaman lagi,” tandasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Arpawi
Editor DidI GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.