Wujud Syukur kepada Nining Batara, Masyarakat Dayak Labuhan HST Gelar Aruh Baduduk

0

SEJAK Selasa (19/6/2018) sore hingga Rabu (20/6/2018) pagi masyarakat adat Dayak Labuhan di  Pegunungan Meratus menggelar Aruh Baduduk. Aruh ini merupakan tradisi masyarakat adat dayak sebagai tanda dan ucapan terima kasih kepada Nining Batara.

MASYARAKAT adat Dayak di Desa Labuhan, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, hingga kini tetap menjaga tradisi turun temurun mereka. Masyarakat adat dayak yang berada kaki Pegunungan Meratus ini sejak kemarin pagi secara gotong royong melakukan persiapan untuk menggelar Aruh Baduduk ini.

Mereka memasak lamang, dan membuat beberapa sesajen, serta peralatan untuk peribadatan.  Menurut Emma, salah seorang warga Dayak yang kini tinggal di Martapura, Kabupaten Banjar, ia dan keluarga sengaja hadir ke Labuan Amas Selatan untuk mengikuti prosesi Aruh Baduduk ini. Meski kini dia seorang muslim, namun ia tetap mengikuti acara yang digelar oleh sanak kerabatnya tersebut. Sebab, aruh ini merupakan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan.

“Ketua Parisada Hulu Sungai Tengah, Erpani Sinan. Beliau adalah paman saya yang memimpin aruh, dan dibantu para balian,” ujar Emma kepada jejakrekam.com, Rabu (20/6/2018).

Ia menjelaskan untuk persiapan acara sejumlah sesajen pihaknya siapkan, termasuk dengan memasak lamang secara beramai-ramai yang nantinya akan dijadikan makanan bagi peserta aruh dan tamu yang hadir. “Intinya aruh ini adalah sebagai wujud syukur, karena hasil panen yang melimpah,” pungkasnya.

Menariknya, sebelum menggelar upacara sakral, para balian atau tetua adat Dayak Meratus melakukan ritual khusus seperti bamamang atau pembacaan mantra berisi doa-doa kepada Yang Maha Kuasa. Upacara Badarah Hidup yang menjadi bagian Aruh Baduduk di komunitas masyarakat adat Dayak Meratus atau Dayak Bukit adalah sebuah upacarapersembahan hasil panen kepada Nining Batara.

Dalam aruh mempunyai tingkatan yakni tingkatan yang terkecil disebut Mahanyari, tingkatan sedang disebut Aruh Baduduk, dan tingkatan yang besar atau utama disebut Aruh Bawanang. Dalam ruang lingkup Aruh Baduduk terdapat berbagai tahapan atau proses upacara. Di antaranya tahapan persiapan yaitu musyawarah keluarga, menyiapkan sarana dan prasarana, serta basaruan/mengundang seluruh warga.

Sedangkan tahap pelaksanaan di antaranya Basarah, Badarah Hidup membuat perlengkapan sesajen, basaji, bawanang, dan tahap ahir bapamali, dan babagi baras banyiru.

Dari tahapan-tahapan upacara aruh baduduk terdapat upacara yang juga mempunyai tahapan di dalamnya yaitu Badarah Hidup. Upacara ini tergolong upacara yang sangat penting sebelum upacara puncak. Karena upacara ini adalah upacara penyucian jiwa puhun/penyelenggara upacara.

Upacara Badarah Hidup merupakan upacara pendahuluan yang bertujuan menumbukkan kebanggaan jiwa dan semangat sehingga dalam melaksanakan persembahan benar-benar dalam keadaan suci dan bersemangat. Di samping itu juga sebagai penyucian tempat/rumah dilaksanakan upacara Aruh Baduduk dan juga memohon kepada Nining Bahatara serta roh-roh suci leluhur agar melindungi dari pengaruh-pengaruh negatif sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam kultur agama bersifat lokal ini, masyarakat di Desa Labuhan, Kecamatan Batang Alai Selatan, pada khususnya tidak lepas dari peranan para sandaran/balian, balian/sandran berperan penting dalam memuput atau memimpin jalannya upacara tersebut, begitu juga dalam upacara badarah hidup.

Di Desa Labuhan, balian atau sandaran digolongkan ke dalam tiga tingkatan yakni Balian Tuha/Guru Jaya yaitu balian yang paling tua. Kemudian, Balian tinggi ialah balian yang tergolong tingkatan menengah, dan Balian muda ialah balian yang baru mangguru atau baru belajar.(jejakrekam)

 

Penulis Syahminan
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.