Sebelum Imam Shalat Ied Angkat Takbir, Tradisi Mangatam Berjalan di Masjid Kanas

0

ALUNAN takbir menggema dari pelantang Masjid Tuhfaturroghibin yang dikenal dengan sebutan Masjid Kanas di Kelurahan Alalak Tengah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Masjid yang telah berumur ratusan ini tetap mempertahankan tradisi mangatam atau panen berkah, sebelum digelarnya shalat Ied berjamaah.

MANGATAM atau memanen ini merupakan istilah yang dipakai warga Alalak, ketika mayoritas penduduknya adalah para petani sawah tadah hujan. Meski sekarang telah bergeser menjadi masyarakat pedagang, warga Alalak tetap mempertahankan tradisi mangatam, yakni sebuah derma atau sedekah yang diberikan para jamaah kepada para pengurus Masjid Kanas, mulai dari para imam, khatib, bilal (muazin), kaum (marbot), hingga petugas keamanan.

Para ustadz pun memulai dengan membawa sorbannya dilipat layaknya sebuah kantong, kemudian diikuti para muazin, hingga terakhir kaum dan satpam. Para jamaah sejak dari rumah telah menyediakan uang kertas dan logam untuk diberikan kepada para pengurus Masjid Kanas, sebagai bentuk terima kasih atas segala pengorbanannya selama ini, terutama memimpin shalat Tarawih hingga mengisi kuliah Subuh.

“Tradisi Mangatam ini merupakan warisan dari para tokoh agama Alalak, sehingga dari sini bisa terbangun saling kasih di antara para guru agama, kaum dan lainnya dengan jamaah Masjid Kanas. Ini sudah berlangsung puluhan tahun dan tetap dilestarikan sampai sekarang,” ucap Ketua Badan Pengelola Masjid Kanas Banjarmasin, Ustadz Syamsuni Abdullah kepada jejakrekam.com, Jumat (15/6/2018).

‘Ritual’ yang digelar dua tahun sekali, saat lebaran Idul Fitri dan Hari Raya Haji atau Idul Adha ini diakui Ustadz Syamsuni Abdullah yang juga pengajar Pesantren Tarbiyatul Islamiyah ini adalah menggugah rasa empati para jamaah dalam memperjuangkan syiar-syiar agama.

“Mungkin, sekarang tradisi ini hanya ada di Masjid Kanas. Entahlah di daerah lain, dulu memang tradisi ini banyak dilakukan di masjid lain, tapi mungkin telah ditinggalkan,” kata ulama muda lulusan Pesantren Al Falah Banjarbaru.

Iring-iringan para ustadz, muazin, kaum dan satpam ini memang cukup panjang. Sembari mereka berjalan, alunan takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW terus dikumandangkan. Baru berakhir, ketika rombongan ini telah mendekati tempat shaf terdepan di halaman Masjid Kanas.

Ketika sudah berada di depan, tradisi Mangatam pun berakhir. Seiring itu pula, muazin menyeru para jamaah untuk berdiri melaksanakan shalat Ied yang dipimpin Ustadz Zamakh Syari, dan kemudian khotbah Idul Fitri disampaikan Ustadz Syamsuni Abdullah. Dalam pesan khutbahnya, Ustadz Syamsuni Abdullah mengingatkan pentingnya menjaga pesan Ramadhan yang telah berlalu agar bisa diterapkan di bulan-bulan berikutnya.

“Ramadhan adalah bulan latihan dan gemblengan bagi umat Islam untuk menjadi hamba Allah SWT yang lebih baik lagi. Tanda-tanda puasa Ramadhan dan ibadah lainnya membekas adalah naiknya nilai keimanan dan ketakwaan, seperti giatnya beribadah di luar bulan Ramadhan, serta akhlak pun menjadi lebih baik lagi,” imbuh Ustadz Syamsuni.(jejakrekam)

Penulis DidI GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.