Perang Meriam Karbit, Tradisi Batampur Sambut Lebaran di Kecamatan Pandawan

0

MOMENTUM perayaan Idul Fitri dimanfaatkan warga di Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, untuk menjalankan tradisi batampur atau perang. Media perang yang digunakan adalah batang pohon aren yang diisi karbit, bahan utama untuk gas las. Tradisi Meriam karbit Palajau ini sudah berlangsung selama puluhan tahun, digelar secara swadaya masyarakat untuk memeriahkan malam takbiran serta Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriyah.

ADU nyaring meriam karbit dengan selongsong dari pohon aren ini bisa berlangsung selama 12 jam. Layaknya sebuah perang, dentuman meriam dari tradisi batampur ini bisa terdengar hingga berjarak 10 kilometer. Cukup memekikkan telinga, ketika sebuah meriam karbit ini ditembakkan, hingga tanah di areal persawahan dan rumah warga, bergetar.

Kegemaran warga di Kecamatan Pandawan yang berasal dari Desa Palaju, Pandawan, Bulian, Rasau, Palas dan Banua Asam terhadap kepongahan Israel yang tak peduli dengan kecaman dunia, terus membantai rakyat Palesina, juga diwujudkan dalam tradisi batampur. Ini terlihat, sejumlah meriam ditulis dengan bahasa kecaman seperti Israel Tambox (Israel Bodoh) dan sebagainya.

Iwan, warga Barabai pun rela datang ke lokasi perang meriam karbit ini. Dia mengatakan even tahunan ini sangat jarang dan langka di daerah lain, dan adanya hanya di daerah Pandawan. Terlebih lagi, hiburan gratis ini harus tetap ditonton, agar tradisi yang diwariskan para pendahulu itu tetap lestari.

Sementara itu, warga yang berpartisipasi membuat sendiri ‘rudalnya’ sendiri. Dari pohon aren yang dilubangi, ada pula yang menggunakan pipa besi dengan diameter 50 centimeter hingga 14 meter. Biaya pembuatan meriam karbit dari pohon aren atau enau ini membutuhkan waktu tiga hari dan bisa menghabiskan dana ratusan ribu rupiah.(jejakrekam)

 

Penulis Laporan Ibnu Syakban
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.