Garuda Indonesia Jamin Tidak Ada Mogok Kerja pada Peak Season Lebaran

0

GARUDA Indonesia memastikan layanan operasional penerbangan jelang lebaran tetap berjalan normal, menyusul komitmen dari Asosiasi Pilot Garuda Indonesia (APG) dan Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) untuk tidak melaksanakan aksi mogok pada periode peak season lebaran.

DIREKTUR Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury memberikan, apresiasi terhadap APG dan Sekarga yang tetap mengedepankan kepentingan nasional dan komitmen pelayanan operasional terhadap konsumen di periode peak season ini.

Sebelumnya, atas ancaman mogok yang akan dilakukan pada periode peak season lebaran, pengurus APG dan Sekarga telah dipanggil oleh Menko Maritim Luhut B Panjaitan, karena mogok khususnya pada peak season akan mengganggu ketertiban umum dan mengganggu hak-hak pelayanan konsumen, serta menginstruksikan mengutamakan jalan dialog dengan manajemen.

“Kami harapkan agar para pengguna jasa tetap tenang dan tidak perlu kuatir tentang rencana mogok di Garuda Indonesia. Kami pastikan layanan operasional penerbangan tetap berlangsung normal. Seluruh awak pesawat dan jajaran karyawan Garuda Indonesia juga telah turut bersiap dalam mengamankan operasional penerbangan pada periode peak season ini,” kata Pahala.

Pihaknya menyambut baik komitmen dan dukungan Menko Maritim dalam mendukung upaya peningkatan kinerja operasional Garuda Indonesia, khususnya terkait penyelarasan dinamika hubungan industrial melalui jalur dialog.

Ia mengatakan, manajemen Garuda Indonesia telah berkali-kali membuka ruang diskusi kepada APG dan Sekarga untuk mencapai titik temu terkait dengan perspektif APG dan Sekarga terhadap keberlangsungan operasional perusahaan. “Karena lebih dari 90 persen aspirasi tuntutan karyawan kepada perusahaan telah dipenuhi oleh manajemen, dan tidak ada isu kesejahteraan karyawan yang menjadi penyebab rencana mogok APG dan Sekarga,” katanya.

Pahala menambahkan, sejak awal pihaknya terus membuka diri untuk berdiskusi bersama Sekarga dan APG yang juga turut didukung dan difasilitasi oleh pemerintah. “Dapat kami pastikan komitmen akan ruang diskusi tersebut tetap kami kedepankan hingga saat ini, khususnya dalam menyelaraskan aspirasi APG dan Sekarga dengan upaya peningkatan kinerja operasional perusahaan,” tuturnya.

Ia mengatakan, sejalan dengan upaya peningkatan kinerja operasional jelang peak season Lebaran 2018, Garuda Indonesia Group menyiapkan sedikitnya 150.510 kursi penerbangan ekstra untuk mengantisipasi peningkatan trafik penumpang selama periode arus mudik dan arus balik lebaran 2018, yang diperkirakan akan berlangsung pada 8 Juni 2018 hingga 24 Juni 2018 (H-7 hingga H+9), baik untuk rute domestik dan internasional.

Kapasitas penerbangan tambahan tersebut terdiri dari 768 frekuensi penerbangan tambahan, yaitu 480 penerbangan Citilink dan 288 penerbangan Garuda Indonesia. Kapasitas tambahan tersebut meningkat sebesar 39 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar 107.750 kursi.

Upaya peningkatan kinerja operasional perusahaan jelang peak season juga terus menunjukan tren yang semakin menjanjikan. Secara operasional, on time performance Garuda Indonesia pada periode Januari-Mei 2018 berhasil mencapai 89 persen, lebih baik dibanding periode yang sama di 2017.

OAG Flightview sebuah lembaga pemeringkatkan OTP independent menempatan Garuda Indonesia sebagai salah satu dari 10 maskapai penerbangan global dengan capaian OTP terbaik di periode April 2018 dengan capaian sebesar 85,1 persen.

Peningkatan aspek kelancaran operasional terus dilakukan termasuk dengan menambah komposisi jumlah crew baik cabin maupun cockpit. Dari sisi safety, jumlah incident per 1000 departure terus menurun.

Dari sisi pelayanan, Garuda Indonesia secara konsisten juga berhasil mempertahankan capaian status bintang 5 dari Skytrax yang diraih pada February 2018 lalu. Hal ini juga turut menjadi salah satu wujud komitmen manajemen dalam memberikan konsistensi kualitas layanan yang optimal kepada pengguna jasa.

Adapun dari sisi kinerja keuangan, meskipun telah terjadi depresiasi rupiah serta kenaikan harga avtur, potensi kerugian perusahaan berhasil ditekan hingga 36 persen dan EBITDAR margin membaik ke 23 persen dari sekitar 19 persen.

Garuda Indonesia juga berhasil menekan kerugian pada Kuartal I-2018 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.Pada Januari – Maret 2018 kerugian tercatat US$ 64,3 juta (Rp 868 miliar) atau turun 36 persen dibandingkan dengan Januari – Maret 2017 mencapai US$ 101,2 juta (Rp 1,36 triliun).(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.