Menachem Begin, Sang Teroris Israel yang Pernah Menggenggam Kekuasaan

Oleh : Reja Fahlevi

0

REALITAS historis dunia pernah mencatat bahwa pernah ada seorang teroris dunia yang gemar melakukan pemberontakan menduduki posisi penting dan menjadi orang nomor satu di negaranya Israel. Kemungkinan atas dasar itu kenapa hingga sekarang Israel bertindak kejam, keji dan tidak berprikemanusiaan yang banyak dibenci oleh masyarakat dunia. Khususnya masyarakat Islam.

SIAPAKAH sang teroris yang pernah menjadi Perdana Menteri Israel itu? Dia adalah Menachem Begin, sosok tokoh negara zionis yang berpandangan tajam, meski umurnya sudah terbilang uzur 63 tahun, namun ia menjadi tokoh Israel yang paling disegani. Orang partai yang berhasil mendapatkan simpati masyarakat walaupun dunia mengutuk dia sebagai teroris.

Menachem Begin dilahirkan di Polandia. Dia pindah ke Palestina pada tahun 1942. Ayahnya seorang bangsawan Eropa dan ibu dari seorang Yahudi yang cantik. Ia kemudian memimpin pasukan bawah tanah yang sangat kecil, tetapi sangat terkenal lantaran keuletan mereka di bidang perteroran. Sasaran utamnya adalah desa-desa Arab yang dipakai untuk pangkalan pasukanInggris.

Di antara peristiwa yang terkenal mereka lakukan adalah membakar Hotel Raja Daud di Yerusallem yang mengabkibatkan tewasnya 95 orang serdadu Inggris. Kemudian kelompoknya melakukan tindakan teror yang lain di Desa Arab Deir Yassin yang mengakibatkan 250 orang Arab mati akibat tangan dinginnya.

Serangan ini dikutuk keras oleh penguasaYahudi yang merupakan pokok kejengkelanya pada rakyat Palestina. Lalu beberapa tahun berselang, Begin mulai terjun ke dunia politik ketika Israel menjadi negara merdeka pada tahun 1948.

Ia memimpin salah satu partai yang namanya Herut yang berarti Partai Kemerdekaan. Partai ini sangat militan walaupun anggotanya hanya sedikit sekali. Dia memimpin kembali para teroris untuk melawan keputusan Perdana Menteri Ben-Gurion. Sebab mereka tidak setuju tindakan Ben-Gurion yang menerima rampasan perang dari Jerman Barat, sebagai ganti rugi atas terbunuhnya orang-orang Yahudi, tercatat sebanyak 6 juta orang oleh Nazi dalam peristiwa Holocaust. Bahkan ayah Begin sendiri menjadi korban keganasan Nazi dan mati dengan tidak terhormat.

Partai Herut berkembang terus dalam setiap pemilihan umum. Para pendukungnya selalu bersekutu dengan sayap kanan lainnya. Akhirnya, pada tahun 1973, mereka membentuk Partai Likud yang merupakan gabungan dari enam partai politik di Israel. Sementara waktu itu Begin masih sebagai orang ekstrem dan revolusioner di negera itu.

Tentunya pandangan itu menjadi sebuah kekhawatiran bagi pemimpin-pemimpin Timur Tengah yang merasa dirinya terusik kembali. Perang Timur Tengah diramalkan bakal berkorbar kembali dan semakin dashyat, lantaran Begin jadi Perdana Menteri yang menggeser kekuatan Partai Buruh di Israel. Pergerseran itu menyebabkan 44 kursi dikuasai oleh Begin setelah partainya mempunyai jumlah pemilih sebesar 2,2 juta orang, sedangkan Partai Buruh hanya mampu menduduki 33 kursi.

Padahal, Partai Buruh ini mempunyai tokoh seperti David Ben Gurton, Levi Eshkol dan Golda Meir. Partai Likud telah berhasil mencapai kemenangan mutlak itu adalah penjelmaan dari paham sosialis yang hidup di Israel yang dengan cepat membelok arah tajam ke kanan dan mungkin sekali akan mengambil garis keras terhadap negara-negara Arab.

Dengan kejadian semacam ini, Presiden Anwar Sadat telah mengadakan pertemuan dengan Raja Saudi Arabia, Fahd berserta pemimpin Syria, Hafez Assad untuk mendesak Amerika Serikat agar mau membujuk Israel supaya jinak. Sebab, aspek psikologis dalam politik anti Timur Tengah  bakal kacau, apabila jiwa Begin tumbuh berkembang sebagaiman seperti tuntutanya di tahun-tahun sebelumnya.

Kekhawatiran atas itu dikarenakan reaksi Arab terhadap kemenangan Partai Likud ini merupakan kekhawatiran negara Arab akan terjadinya peperangan baru di Timur Tengah. Perang ini akan semakin dahsyat dari perang-perang sebelumnya, sehingga Arab meminta kepada Amerika Serikat agar bisa menjinakkan Begin. Sebab beberapa surat kabar Israel telah menggambarkan karakter seorang teroris yang kini menjabat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Israel.

Ketakutan yang dimaksud oleh negara Arab ialah karena Begin dengan kelompok terorisnya yakni Irgun disegani oleh dunia kala itu, lebih-lebih antara tahun 1945 sampai dengan tahun 1948.

Salah satu langkah yang dilakukan oleh Amerika Serikat adalah mempersulit Begin dalam mendapatkan pasangan koalisi. Di kalangan diplomat Barat yang mengharap agar Begin, tokoh konservatif Israel yang telah ditunjuk sebagai Perdana Menteri yang baru akan bisa bersikap lunak dari sikap bengisinya di Timur Tengah. Tetapi harapan diplomat Barat menuai kekecewaan, dan tidak bisa terpenuhi, mengingat pada 13 Juni tahun itu, Begin tidak berhasil menarik salah satu partai politik kunci untuk berkoalisi dalam pemerintahan, setelah ia menolak berkompromi mengenai isu politik dalam usaha ke perdamaian Timur Tengah, yaitu dalam soal tepi barat Sungai Jordan.

Tetapi, saat itu Begin juga belum mendapatkan pasangan-koalisi supaya mendapatkan mayoritas di dalam parlemen Isreal. Untuk itu Begin menginginkan dukungan dari Gerakan Demokrasi untuk Perubahan (DMC).

Begin sebetulnya bisa mendapatkan dukungan dari gerakan itu, seandainya ia mau berkompromi dengan analisis dan prinsip DMC. Tetapi Begin dengan sifat kerasnya, selalu ngotot dan akan membayar bagian manapun dari tepi SungaiYordan, sebelum menuju perdamaian. Walaupun prinsipnya tidak semutlak orang gila, Begin tetap akan merundingkan Tepi Barat ini, walaupun tidak juga mau berkompromi dengan DMC terlebih dahulu. Malah tawarannya kepada Mosche Dayan untuk menjadi  Menteri Luar Negeri Israel tetap dilaksanakannya, walaupun orang-orang Israel tidak mau melihat kemunculan kembali tokoh tersebut.

Itulah sepenggal kisah dari seorang teroris yang akhirnya berhasil menjadi orang nomor satu di Israel kala itu. Dari kisah ini kita bisa belajar dan mengantisipasi gerakan-gerakan terorisme yang belakangan ini kembali menghantui ibu pertiwi. Ada sebuah pepatah lama mengatakan watak sebuah negara bisa dilihat dari watak seorang pemimpinnya. Jika di suatu saat nanti Indonesia muncul seorang dari kalangan teroris yang berhasil menduduki posisi penting di negeri ini, maka hancurlah ibu pertiwi. Nauzubillah min zalik.(jejakrekam)

Penulis adalah Akademisi Pendidikan Kewarganegaraan FKIP ULM

Peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi & Good Govarnance ULM

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.