Danrem 101/Antasari: Pentingnya Peran Ulama untuk Selesaikan Persoalan Umat

0

DANREM 101/Antasari Kolonel Inf Yudianto Putrajaya menilai besarnya peran ulama dalam menyelesaikan persoalan umat.

GUNA menghindari akibat-akibat sosial yang semakin tidak menguntungkan di kalangan masyarakat, maka peran pemerintah dan ulama relatif lebih bisa diterima,” katanya.

Menurutnya, sekurangnya ada dua masalah krusial yang muncul di tengah-tengah masyarakat pada saat ini. Pertama, masalah terorisme yang dengan segala variabelnya telah membuat sebagian pihak bereaksi keras. Kedua, masalah hubungan antar umat beragama yang juga telah memicu konflik horizontal, yang sangat tidak menguntungkan bagi kepentingan pembangunan masyarakat.

Ditegaskannya, ulama merupakan salah satu figur elit yang mempunyai kedudukan terhormat di antara kelompok-kelompok elit lainnya. Dengan kualifikasi sebagai kelompok yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang cukup tinggi, ulama ditempatkan pada posisi di bawah nabi. Mereka diakui memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, sehingga ulama itu pemimpin agama untuk diayomi.

“Mereka diakui sebagai penyebar dan pemelihara ajaran Islam, pemimpin dan pembimbing umat, khususnya dalam upaya menegakkan amar ma`ruf nahi munkar, memperbaiki dan meluruskan yang salah dan menyimpang, menyempurnakan hal-hal yang masih dipandang tidak benar, baik melalui lisan, tangan atau kekuasaan, dan bahkan hanya sebatas suara hatinya. Sehingga karena ketulusan mereka pulalah masyarakat Islam mengikuti hampir setiap fatwa yang dikeluarkannya,” tuturnya.

Ulama di tengah masyarakatnya, lanjutnya, merupakan aktor perubahan sosial yang memiliki pengaruh kuat. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya, ulama adalah pemangku hukum agama Islam. Sedangkan hukum agama Islam mengatur, tidak hanya hubungan antara individu dengan Tuhan tetapi juga hampir semua hubungan sosial dan personal, sehingga memberikan kekuasaan yang sangat luas kepada para ulama dalam masyarakatnya.

Masyarakat mempercayakan kepada ulama untuk memberikan bimbingan dan keputusan tentang hak milik, perkawinan, perceraian, warisan dan sebagainya. Itulah sebabnya pengaruh mereka sangat kuat. Dibarengi dengan sikap enggan mereka terhadap urusan-urusan kenegaraan, maka pengaruh mereka yang besar itu memberikan pula kekuasaan moral yang luar biasa, dan mempersembahkan kepada mereka kedudukan sebagai suatu kelompok intelektual yang menonjol.

Dari segi sosial, ungkapnya, kekuatan ulama terletak pada dua hal, yaitu karena ulama memiliki perasaan kemasyarakatan yang dalam dan tinggi, dan kedua karena ulama selalu melandaskan sesuatu kepada kesepakatan bersama.

“Kedua hal inilah barangkali yang menjadi alasan utama, ketimbang faktor keturunan sebagai alasan seseorang menjadi ulama. Dengan kedua kekuatan tersebut, peranan ulama dalam masyarakat tidak hanya dalam bidang keagamaan namun juga dalam bidang lain, bahkan dalam struktur-struktur sosial masyarakat. Sehingga ia bisa berperan sebagai pressure group dan ruling class di tingkat pedesaan,” imbuhnya.

Sistem sosial masyarakat yang dihadapai ulama pada saat ini telah mengalami perubahan diferensiasi fungsional. Perubahan ini disebabkan oleh munculnya sejumlah kelembagaan dalam tatanan masyarakat baru.

Pemunculan tersebut membuat tumbuhnya lapisan sosial baru yang tidak menjadikan ulama sebagai panutan, atau menjadi saingan, karena mengambil sejumlah peran yang semula dilakukan oleh ulama. Belum lagi ada jenis pemimpin masyarakat yang sejak semula telah menjadi rujukan masyarakat khususnya dalam hal-hal birokrasi, seperti birokrat desa.

“Di sinilah posisi ulama dalam masyarakat yang tengah berubah dapat dipetakan. Posisi sentralnya akan berpengaruh pada proses perubahan, yang jika dibiarkan tanpa kendali sosial sedikitpun, perubahan itu akan lebih berpihak pada perubahan yang regres ketimbang progres. Peran ulama tidak lagi bisa dipandang sederhana, seperti halnya ulama pada era tradisionalisme. Ulama adalah penyejuk umat ketika kehausan, sekaligus penentram suasana ketika dilanda ketidakharmonisan,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.