Benarkah Jihad Islam Melakukan Peledakan Bom di Gereja?

Oleh : Norhikmah

0

SATU keluarga mengembon tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Mereka baru saja pulang dari Suriah, belajar strategi teror. Masih ada 500-an orang lagi yang masih berkeliaran. “Yang kembali dari Suriah 500, termasuk di antaranya keluarga ini,” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap hasil investigasi tim Polri, dalam konferensi pers mendampingi Presiden Jokowi di RS Bhayangkara Surabaya (Detik News, 13/5/2018).

SANG jenderal ini pun menerangkan bahwa pelaku meledakkan diri menggunakan mobil di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno. Sebelumnya, Dita menurunkan anggota keluarganya, yang terdiri atas istri dan dua anaknya, di GKI Diponegoro. Sang istri diketahui bernama Puji Kuswati, sementara dua anaknya berinisial FS, 12 tahun, dan VR, 9 tahun.(Tempo Surabaya,13/5/2018).

Ledakan di Gereja Santa Maria Tak Bercela juga terkait dengan keluarga ini. Ledakan di gereja di Ngagel itu diduga dilakukan dua anak laki-laki Dita, yaitu Yusuf Fadil, 18 tahun, dan FH, 16 tahun. Mereka menggunakan bom yang diletakkan di pinggang. “Semuanya serangan bom bunuh diri, cuma bomnya berbeda,” kata Tito(Tempo Surabaya,13/5/2018).Peristiwa ledakan bom ini, diduga aksi terorisme (Warta Bromo, 13/5/2018) serta Polda DI Yogyakarta mengatakan “tidak tau ada atau tidaknya keterkaitannya dengan Ormas HTI”.

Polisi menangkap 2 perempuan yang berencana melakukan serangan di Mako Brimob. Kedua perempuan diduga ingin menusuk anggota Brimob.”Sekarang keduanya sedang diamankan untuk pendalaman selanjutnya,” kata Karo Penerangan Masyarakat (Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbal saat dimintai konfirmasi (Detik News, 12/5/2018).

Dari informasi yang diperoleh, kedua perempuan yang ditangkap berinisial DSM dan SNASedangkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian menduga ada kaitan aksi bom bunuh diri di Surabaya ini berkaitan dengan ISIS di Suriah. Menurutnya, ISIS secara global sudah terdesak oleh Amerika Serikat(AS) dan Rusia. Kedua perempuan terdakwa dikabarkan telah dilakukan penyeledikan di kantor polisi, sehingga ditemukan barang bukti berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan sebuah gunting (Detik News, 12/5/2018).

Berdasarkan berita-berita di atas, banyak terdapat kejanggalan mengenai kasus peledakan bom yang terjadi di Surabaya. Pertama, terdakwa yang ingin melakukan penyerangan Brimob ditemukan membawa identitas berupa KTP. Jika memang mereka ingin menyerang Brimob, tidak akan mereka membawa KTP. Kedua, ditemukannya barang bukti sebuah gunting. Teroris kenapa hanya membawa gunting, mampu buat apa gunting tersebut?

Ketiga, kabar yang diberitakan media berbeda-beda. Berdasarkan Tempo Surabaya (13/5/2018), aksi pemboman di GKI Diponegoro dilakukan oleh 3 perempuan bercadar, dan ada lagi berita selanjutnya dilakukanoleh seorang ibu dan anaknya berinisial FS, 12 tahun, dan VR, 9 tahun.

Sedangkan, bedasarkan Detik News (13/5/2018) aksi pemboman di GKI Diponegoro dilakukan oleh seorang ibu yang membawa 2 orang anak balita.Keempat, kenapa setiap pelaku semacam ini adalah orang yang identik dengan Islam. Seperti hal ini, pelakunya adalah orang yang bercadar.

Kejadian tersebut dikaitkan dengan HTI, pelakunya diklaim ISIS dan teroris. Perlu diketahui ISIS (Islamic State Irak and Suriah) adalah salah satu ekses perang Irak pada 2003. Ia berakar dari kelompok Al-Qaeda in Irak (AQI) salah satu aktor utama dalam pemberontakan terhadap pemerintah Irak dan pasukan pendudukan asing di sana (Tirto.id, 08/04/18). Luthfi menegaskan, HTI selama ini fokus dalam dakwah Islam dan tidak pernah mempersenjatai aktivisnya. “Mana aktivis HTI yang angkat senjata. Kami tidak pernah membentuk milisi sipil yang berseragam (Kompas Bandung, 09/05/18).

Peperangan dalam Islam mempunyai aturan, seperti berperang ketika musuh menyerang terlebih dahulu, tidak boleh merusak fasilitas umum (termasuk tempat ibadah), tidak membunuh anak-anak, tidak membunuh wanita, tidak membunuh orang yang tidak bersenjata, dll. Terorisme adalah alat penjajahan Barat yang anti Islam untuk menjajah negeri kaum Muslim, seperti Indonesia.

Allah SWT berfirman:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas” (Al-Baqarah : 190).

Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq mengutus Yazid bin Abu Sufyan ke Syam sebagai panglima perang, ia berpesan pada Yazid sesuai pesan yang diberikan Rasulullah SAW: “Jangan membunuh anak kecil, wanita, orang tua, orang sakit, pendeta, jangan menebang pohon berbuah, jangan merusak bangunan, jangan menyembelih unta atau sapi kecuali untuk dimakan, jangan menenggelamkan sarang tawon dan membakarnya (H.R Baihaqi, Sunan Al-Kubro, no. 17591).

Kasus ini, memang banyak terdapat keanehan. Seperti skanario yang sudah direncanakan untuk menyudutkan orang-orang Islam, sehingga mengundang masyarakat untuk menuntut diberlakukannya undang-undang mengenai terorisme, maka jika ada kejadian yang diduga terorisme dengan mudahnya dihukumi, bahkan hukum mati. Siapakah yang biasanya dituduh terorisme ? Coba kita amati kembali. Orang-orang Islam lah yang dituduh terorisme.

Banyak kejadian yang menimpa kaum muslim, seperti ulama yang dikriminalisasi. Lalu apa tanggapan mereka, pelakunya adalah orang gila. Masjid dibakar, tanggapan mereka bukan dibakar, akan tetapi terbakar tanpa ada kesengajaan. Maka kita harus hati-hati dengan hal ini, jangan sampai kita dengan mudahnya percaya Islam digambarkan dengan keganasan. Islam itu indah dan damai, terbukti mampu memimpin dunia selama 13 abad lamanya. Non muslim pun, merasakan betapa adilnya di bawah naungan Islam. Sehingga mereka berbondong-bondong masuk ke dalam Islam. Wallahhu’alam Bisshawab.(jejakrekam)

Penulis adalah  Anggota PPK Al-Qudwah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

Pemerhati Masyarakat

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.