Alat Berat Rusak, Penggarapan Lahan Pertanian Modern Jejangkit Muara Bakal Molor?

0

KEMENTERIAN Pertanian mengirim empat dari tujuh alat berat untuk menggarap proyek lahan pertanian modern di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan, terlihat masih terparkir sejak dikirim beberapa waktu lalu. Padahal, kabarnya proyek tersebut dijadwalkan selesai pada Juni 2018. Informasinya, dua dari tiga alat berat yang dioperasikan juga mengalami kerusakan, sehingga pekerjaan terhenti beberapa hari.

TAK ada kegiatan di lokasi persawahan modern. Dua alat beratnya rusak,” ujar  Galuh, warga Jejangkit Muara, sambil berjalan usai dari sawahnya kepada wartawan, Sabtu (5/5/2018).

Sambil berseloroh ibu ini menduga rusaknya alat berat itu barangkali karena tidak ada ritual selamatan di lokasi  proyek. Untuk pekerjaan besar seperti itu setidaknya ada selamatan. Galuh mengaku lokasi proyek di mana dua alat berat itu rusak berada jauh dari lokasi perkampungan warga.

Sementara itu,  di dekat lokasi sawahnya tampak empat alat berat terparkir, berdiri seorang pemuda dan mengaku beralamat di Kertak Hanyar Kabupaten Banjar. Kedatangannya ke lokasi proyek untuk mengetahui perkembangan proyek pertanian modern, di mana diareal tersebut lima hektare sawahnya termasuk dalam areal proyek.

Adanya sebagian warga di luar Jejangkit yang memiliki lahan di areal proyek tidak ditampik Kepala Desa Jejangkit Muara, Gunawan. Menurutnya, kepemilikan lahan di luar Jejangkit memang ada. Namun hanya sebagian.

“ Sebagian kecil lahan itu memang dimiliki warga di luar Jejangkit. Sejauh ini para pemilik lahan sudah diberitahu terkait proyek tersebut,” ungkap Gunawan.

Ia membenarkan adanya kerusakan alat berat yang dioperasikan di areal lokasi proyek. Sejauh ini, menurut dia, pihaknya belum tahu perkembangan dari pengerjaan fisik tersebut, karena pekerjaan itu dilakukan Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan.

Senada itu, Camat Jejangkit Rusdiansyah mengakui kerusakan teknis alat berat yang dioperasikan di lokasi areal proyek. Namun ketika disinggung soal target selesainya pengerjaan proyek, lagi-lagi ia menyebutkan bahwa Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Kalsel yang lebih mengetahuinya.

Menurut dia, sebelumnya proyek pertanian modern ini berlokasi di Desa Sungai Rasau, Kecamatan Cerbon. Namun, kata Rusdiansyah, karena ada sesuatu hal lokasi proyek dipindahkan ke Jejangkit Muara. “Itu sifatnya dadakan,” ujarnya.

“ Waktu menerima kabar lokasi proyek pertanian modern dipindahkan ke Jejangkit dan pengumpulan warga untuk minta persetujuan hanya berjalan tak kurang satu hari. Semuanya bersifat dadakan,” lanjut Rusdiansyah.

Ditambahkannya, anggaran proyek bersumber dari pusat yang dititipkan pengerjaanya ke Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan. “Kalau tidak salah, anggaran yang disiapkan untuk pengolahan sawah modern tersebut berkisar Rp 9 miliar,” ujar Rusdiansyah.

Sementara itu, kekhawatiran sebagian warga jadwal proyek akan terlambat cukup beralasan dikarenakan tidak maksimalnya semua alat berat di operasionalkan di lapangan. Apalagi ada yang mengalami kerusakan.

Dikabarkan, Presiden Joko Widodo akan datang pada Oktober 2018 mendatang untuk melakukan panen perdana di lokasi lahan pertanian modern. Dilihat dari waktu dari pelaksanaan proyek dengan jadwal panen perdana cukut singkat ?

Sedangkan, Bupati Barito Kuala, Hj. Noormiliyani, mengatakan  sebelumnya tidak pernah menyangka lokasi proyek Kementerian itu berada di Barito Kuala. Awalnya daerah yang dijadikan lokasi persawahan modern ini adalah Kabupaten Banjar. Namun mengingat lokasi yang ditunjuk pemilik lahanya mayoritas orang Banjarmasin, akhirnya lokasi dipindahkan ke Batola.  Desa pertama yang ajukan adalah Desa Terantang. Namun karena kawasan pertanian di desa ini sudah bagus, Desa Terantang ditolak.

“ Kami tidak mencari lokasi dengan sistem pertaniannya sudah bagus,” ucap Bupati Batola Hj Normiliyani AS, menirukan ucapan pejabat pusat.

Akhirnya dipilihlah Desa Sungai Rasau untuk dijadikan pilot projek lahan pertanian modern tersebut. Seiring waktu, warganya kemudian menolak lahan mereka dijadikan lokasi proyek  dengan berbagai alasan yang disampaikan kepada kepala desa. Hingga akhirnya proyek kemudian ditetapkan di Desa Jejangkit Muara.

“ Penetapan Jejangkit Muara ini tidak ada lobi-lobi. Semuanya berjalan secara alami. Mungkin ini sudah rezekinya warga Jejangkit dapat bantuan proyek sistem pertanian yang dikerjakan dengan mesin ini. Kami hanya berharap proyek tersebut kedepannya dapat meningkatkan taraf ekonomi petani Jejangkit,” tandas Bupati Noormiliyani.(jejakrekam)

 

 

Penulis Muji Setiawan
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.