Membumikan Kembali Kisah si Palui di Tengah Kelesuan Dunia Seni Teater

0

CERITA si Palui sangat akrab di telinga urang Banua. Tokoh Palui, Garbus, Tulamak, Tuhirang dan beberapa lagi seakan-akan menjadi representatif karakter orang Banjar. Peristiwa dan latarnya juga seperti merekam keseharian kehidupan di Tanah Banjar. 

UNTUK terus membumikan si Palui agar tetap hidup dan menjadi kekayaan khazanah seni Banjar. Makanya, Sanggar Titian Barantai Uniska menggelar agenda tahunan Festival Teater si Palui ke-6 yang mulai digelar pada 26-29 April 2018 di Gedung Balairung Sari, Taman Budaya, Banjarmasin.

Muhammad Julia Rahman selaku ketua pelaksana mengungkapkan, bagi sebagian besar masyarakat yang hidup pada era modern, terutama generasi muda, pertunjukan seni teater mungkin tidak begitu menarik lagi untuk ditonton.

“Seni teater di kalangan masyarakat umum kurang diminati. Contohnya seperti malam ini kebanyakan dari komunitas seni yang hadir,” ujar Julia Rahman kepada jejakrekam.com, Minggu (29/4/2018).

Wajar, ketika kegiatan yang diberi tema “Lestarikan Budaya, Selamatkan Generasi Banua”, disadari atau tidak, bergulirnya zaman telah menyeret seni teater ke tempat terasing. Apalagi, dengan banyaknya media yang menyuguhkan beragam hiburan.  “Kurang minatnya masyarakat untuk menonton, kemungkinan disebabkan oleh perkembangan zaman di era modernisasi,” ucap Julia Rahman.

Dia mengungkapkan bahwa kegiatan-kegiatan seni teater ini perlu mendapat apresiasi dari pemerintah, selain itu perlu dimaksimalkan lagi untuk publikasi kepada masyarakat.

“Kegiatan seperti ini perlu adanya dukungan penuh dari pemerintah, bukan hanya itu, publikasi ke masyarakat juga lebih dimaksimalkan,” tutur mahasiswa Uniska MAB ini.

Julia Rahman berharap para pelaku seni bisa meningkat lagi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sehingga bisa menarik minat masyarakat untuk menonton. Kondisi ini bisa membuka cakrawala baru di tengah peminat teater yang terus tergerus karena perubahan zaman.

“Untuk pelaku seni bisa lebih ditingkatkan lagi kreativitasnya untuk berkesenian. Sedangkan untuk masyarakat umum diharapkan bisa mengapresiasi kesenian dan memulai keseniannya dengan cara menonton,” pungkas Julia Rahman.

Sementara itu, Ketua Umum Sanggar Titian Barantai Uniska MAB, Liko Anshori mengatakan Festival Teater si Palui ke-6 bertujuan menjalin silaturahmi antar UKM seni dan komunitas yang ikut berpartisipasi dalam pagelaran tahunan itu. “Buat silaturrahmi antar komunitas seni dan bisa menjadi wadah untuk kawan-kawan dalam menyalurkan pengkaryaan pelestarian budaya,” ungkap Liko.

Dalam even tahunan ini, Liko membeberkan ada 18 komunitas teater dari berbagai daerah di Kalsel, di antaranya 10 sanggar dari mahasiswa dan umum, serta 8 pelajar yang berakhir pada Minggu (29/4/2018) malam.

Liko berharap dengan adanya kegiatan ini bisa menjadi pemantik masyarakat. Menurut dia, pada pagelaran Sabtu (28/4/2018) malam, terlihat jelas bagaimana respek masyarakat terhadap dunia seni. “Alhamdulillah, ternyata antusiasme penonton terus meningkat,” imbuhnya.

Perlu diketahui, malam puncak Festival Teater si Palui ini akan dihelat pada 5 Mei 2018 di halaman kampus Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al-Banjari (MAB). Pada penutupan ini, peserta dari kalangan pelaku seni akan disuguhkan  penampilan dari tuan rumah, sebelum pengumuman jawara festival teater.

Di akhir pementasan pada Minggu (29/4/2018) malam ini, semua peserta dikumpulkan untuk dievaluasi dari dewan juri. Hasilnya, akan diumumkan pada puncak festival pada 5 Mei 2018  nanti.(jejakrekam)

Pencarian populer:Cerita si palui
Penulis Arpawi
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.