UNU Kalsel Rambah Luar Negeri, Teken MoU dengan 40 Universitas Top Taiwan

1

PELAN tapi pasti. Itulah yang dilakukan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalimantan Selatan. Masih di usia 3 tahun,  perguruan tinggi termuda di Bumi Antasari ini mulai merambah ke luar negeri, dan baru saja menjalin kerja sama dengan 40 universitas top di negara Taiwan.

KERJASAMA ditandai dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) dengan sejumlah pimpinan perguruan tinggi dan swasta di Taiwan dengan pimpinan UNU Kalsel yang diwakili HM Syarbani Haira

Rombongan perguruan tinggi di lingkungan NU ini selama seminggu secara maraton berkunjung ke sejumlah kota di Taiwan, seperti di Taipei, Kaohsiung, Taichung dan sebagainya. Setidaknya ada 40 universitas ternama di Taiwan menandatangani MoU dengan 26 universitas NU di Indonesia. Tentunya, hal ini langkah maju buat UNU, dan tentu kabar gembira buat masyarakat banua.

“Dengan adanya MoU ini, mahasiswa dan dosen UNU Kalsel bisa kuliah di Taiwan. Tukar menukar pengetahuan juga bisa terjalin dengan lancar,” kata HM Syarbani Haira kepada jejakrekam.com,  langsung dari Taipei usai penandatanganan MoU, termasuk saat bertemu dengan Walikota Kaohiung, Mrs Chen Chu di Balai Kota, Rabu (18/4/2018).

Kepergian pimpinan UNU Kalsel ke Taiwan ini tidak sendirian, melainkan bersama rombongan rektor dan pimpinan UNU se-Indonesia yang dikoordinir DR Hanif Saha Ghafur, Chairmen Education CBNU.

Menurut Hanif Saha Ghafur, sesungguhnya kunjungan ini merupakan terobosan terbesar, yang nantinya tidak saja manfaat bagi NU, melainkan juga untuk banua, serta nusa dan bangsa. Kehadiran delegasi pimpinan dan rektor UNU ini disambut positif oleh sejumlah pimpinan perguruan tinggi di Taiwan.

Vice Rector National University Kaohsiung, misalnya dengan tegas menyatakan bahwa kerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri ini bukan pertama kali. Sebelumnya, ada penandatangan MoU juga dengan sejumlah universitas luar negeri, tapi penandatanganannya di Indonesia.

“Khusus bagi Universitas NU Kalsel, MoU ini dengan pihak  luar negeri ini adalah yang pertama kalinya. Kebetulan dengan Negara Taiwan. Harapannya ke depan, bukan hanya Taiwan, negara lain juga akan kita jajaki untuk kerja sama,” ucap HM Syarbani Haira yang juga mantan Ketua PWNU Kalsel ini.

Mantan dosen UIN Antasari Banjarmasin mengungkapkan dengan adanya MoU tersebut, bisa terwujud pertukaran mahasiswa dan staf akademi. Selain itu, beber Syarbani Haira, untuk pembentukan gelar ganda atau gabungan untuk mahasiswa S1. Termasuk, mahasiswa UNU bisa melakukan kolaborasi pelatihan mahasiswa dan staf, kerja sama di bidang seminar, penelitian, pelatihan untuk bidang tertentu.

“Banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di Taiwan, bahkan juga dari Kalsel. Untuk biaya kuliah, setelah ada MoU dengan kita dijamin biaya kuliah gratis. Cuma, untuk makan tidak ditanggung. Saya sempat tanya pada beberapa mahasiswa untuk biaya makan di Taiwan,”

“Mereka rata-rata dikirimi orangtuanya sekitar Rp 1,6 juta. Enaknya, kampus memberikan kelonggaran waktu untuk mahasiswa bekerja. Satu jam bekerja dibayar Rp 70 ribu dengan waktu 20 jam per bulan. Jadi mereka bisa menghasilkan Rp 1,4 juta per bulan,” ungkap Syarbani Haira.

Ditegaskan Katib Syuriah PWNU Kalsel ini, bila ingin kuliah di Taiwan, memang harus memastikan dulu kemampuan calon mahasiswa. “Bila mampu menyiapkan dana Rp 1,6 juta per bulan sudah mencukupi. Kemudian, sedikit bisa berbahasa Inggris. Lebih mantap lagi kalau bisa berbahasa Mandarin,” ucapnya.

Bahkan, menurut Syarbani, bila ada yang bisa bahasa Mandarin, Kementerian Taiwan akan menjadikannya sebagai guru Bahasa Indonesia dan dibayar Rp 250 ribu per jam. “Bahasa Indonesia mulai tahun ini menjadi mata kuliah pilihan di Taiwan. Jadi sangat beruntung bila ada mahasiswa bisa bahasa Mandirin,” katanya.

Selama di Taiwan, delegasi NU dan pimpinan UNU se-Indonesia diajak melihat-lihat fasilitas universitas yang ada di sana. Apabila dibandingkan, memang Taiwan sangat maju.

Syarbani menegaskan, Kalsel memang perlu belajar lebih banyak dari Taiwan, dan kampus-kampus terkemuka lainnya di dunia. Setelah mengunjungi Taiwan, untuk beberapa model dan sistem, UNU Kalsel akan menerapkannya, yang disesuaikan dengan keadaan.

Ia menambahkan dengan adanya kerjasama ini,  harapannya UNU Kalsel yang baru berumur empat tahun, belajar lebih banyak dengan Taiwan. “Kita perlu kerja keras. Untuk maju seperti Taiwan memang tidak instans, butuh waktu panjang. Kita yakin suatu saat nanti UNU bisa sejajar dengan Taiwan dengan catatan seluruh civitas akademika bekerja keras dan perlu dukungan luas dari masyarakat di Banua khususnya dan Nusantara pada umumnya,” imbuh Syarbani.(jejakrekam)

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi
1 Komentar
  1. Syarbani Haira berkata

    Menggembirakan sekali …

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.