Ada Situs Bersejarah dan Manusia Dikutuk Jadi Batu, Hutan Adat Tongka Sangat Layak

0

SELAIN kekayaan alam, hutan di Desa Tongka,  Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara, ditumbuhi berbagai jenis kayu, seperti meranti dan kayu ulin juga jenis lainnya serta bunga anggrek. Di desa itu,  juga pernah menjadi medan laga pertempuran rakyat Barito dalam kelanjutan Perang Banjar terhadap penjajah Belanda.

KEPALA Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Barito Tengah Unit VI dan VIII, Provinsi Kalimantan Tengah, Baharuddinsyah, mengungkapkan  di kawasan itu telah ditemukan situs sejarah di wilayah hutan, yakni kurang lebih tiga kilometer dari desa tersebut.

Menurutnya, situs yang diyakini warga peninggalan nenek moyang di antaranya batu gadur, Benteng Bungut Ingai, karena di tempat itu merupakan benteng pertahanan warga saat perang melawan belanda.

“Memang kita juga pernah mendengar ada peperangan besar di atas sungai di wilayah desa ini. Tapi kita belum pernah menemukan bekasnya. Dan sekarang kita sudah tahu tempatnya,” ucap Baharuddinsyah.

Selain benteng, Baharuddinsyah juga menyebut telah ditemukan Liang Tanyir Nyeloi, di mana tempat itu terdapat beberapa tongkorak manusia ditarus dibatu.  Atau mirip dengan pemakaman di Tana Toraja. Kemudian, di Liang Daong ditemukan juga manusia menjadi batu.

“Kalau orang yang mejadi batu ini,  masyarakat setempat menyebut karena ketulahan atau kualat,” kata Baharuddinsyah.

Dijelaskannya, di wilayah Gunung Oke juga ditemukan tujuh peti mati. Diyakini situs itu adalah kuburan warga sekitar. Namun peti matinya berada di atas batu. Dengan ditemukannya beberapa peninggalan,  maka bisa dipastikan Desa Tongka, yang dulu telah dialiri anak sungai telah terdapat kehidupan.  Hal ini sangat tampak adanya sisa peninggalan masa lalu.

Oleh karena itu, Baharuddinsyah menilai sangat wajar bila masyarakat ingin hutan di wilayah tersebut menjadi hutan adat. Sebab di sana juga tumbuh pohon ulin yang diyakini berumur ratusan tahun.

Kemudian untuk menjadikan wilayah desa tersebut menjadi hutan adat,  tentu saja harus mendapat dukungan dari pemerintah daerah,  di antaranya aspek legalitas dan perda harus dibuat.

Bila ini dapat dijadikan hutan adat dan di dalamnya terdapat situs bersejarah,  maka bisa dipastikan wilayah itu akan meningkat perekonomiannya. Karena, saat ini akses ke Desa Tongka bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat.  Namun untuk sampai di lokasi situs yang telah ditemukan,  hanya ada jalan setapak. Sehingga hanya dapat ditempuh satu jam perjalanan dengan mengitari hutan lebat dan perbukitan.

“Kami berharap dengan dijadikannya hutan adat serta adanya penemuan yang dianggap warga sakral, maka ke depan banyak wisatawan berkunjung, “pungkas Baharuddinsyah.(jejakrekam) 

 

 

Pencarian populer:Benteng yang dikutuk
Penulis Syarbani
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.