Belajarlah Islam yang Penuh Keindahan dan Kesempurnaan

Oleh : Mulyaningsih, S.Pt

0

KEMBALI lagi, kaum muslim dihebohkan dengan aksi pembacaan puisi oleh Sukmawati Soekarnoputri. Isi dari puisi tersebut tak hanya sekadar untaian kata-kata belaka namun syarat akan penghinaan di dalamnya. Membuat orang yang melihat, mendengarnya menjadi panas, marah, sedih dan merasa tersakiti. Tak lupa pula menggooreskan luka yang belum lama ini tertoreh, membuatnya tak kunjung sembuh.

KALA itu, acara ‘29 tahun Anne Avantie Berkarya’ di Indonesia Fashion Week 2018 yang berlangsung di Jakarta pada Kamis, 29 Maret 2018. Puisi tersebut berjudul ‘ibu Indonesia’. Berikut ini isi dari puisi tersebut.

Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah

Lebih cantik dari cadar dirimu

Gerai tekukan rambutnya suci

Sesuci kain pembungku sujudmu

Rasa ciptanya sangatlah beraneka

Menyatu dengan kodrat alam sekitar

Jari jemarinya berbau getah hutan

Peluh tersentuh angin laut

Lihatlah ibu Indonesia

Saat penglihatanmu semakin asing

Supaya kau dapat mengingat

Kecantikanmu asli dari bangsamu

Jika kauingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif

Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

***

Aku tak tahu syariat Islam

Yang kutahu suara kidung ibu Indonesia, sangatlah elok

Lebih merdu dari alunan azanmu

Gemulai gerak tarinya adalah ibadah

Semurni irama puja kepada Illahi

Nafas doanya berpadu cipta

Helai demi helai benang bertenun

Lelehan demi lelehan damar mengalun

Canting menggores ayat-ayat alam surgawi

***

Pandanglah Ibu Indonesia

Saat pandanganmu semakin pudar

Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu

Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepadamu Ibu Indonesia dan kaumnya.

Melihat isi puisi di atas maka selayaknya sebagai muslim patutlah kita marah. Ada setidaknya ada dua hal yang membuat kita menjadi marah. Yang pertama adalah ketika beliau menyandingkan konde dengan cadar. Hal tersebut erat kaitannya dengan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal yang kedua adalah beliau membandingkan suara azan dengan kidung ibu Indonesia. Mengapa ibu sampai berani membuat puisi semacam ini? Apa yang menjadi latar belakangnya?

Pandangan Islam

Islam adalah agama yang sempurna, mengatur semua hal tentang manusia. Baik hubungannya dengan Rabbnya, dengan sesame manusia atau dengan dirinya sendiri. Islam punya aturannya secara lengkap dan detail. Terkait dengan kejadian yang di atas (sedang viral) bahwa Islam membolehkan seseorang membuat puisi dan tidak dilarang. Tetapi ada proseduralnya sehingga puisi itu diperbolehkan. Tentunya, isi dari puisi tatk lepas dari pengagungan terhadap Allah, Rasul, Islam dan kaum muslim. Atau bisa juga berisi gambaran motivasi-motivasi agar keimanan serta ketaqwaan selalu berada di atas.

Gambaran kejadian di atas tersebut pastilah akan mengundang marah yang semakin meledak. Betapa tidak sang ibu membuat puisi yang tak hanya membuat goresan kecil melainkan merobek-robek kaum muslim. Itu adalah gambaran nyata. Beliau dengan sengaja membanding-bandingkan hal yang memang sudah menjadi ketentuan serta perintah dari Allah SWT dengan adat tradisi yang ada.

Terkait dengan cadar yang disandingkan dengan konde, maka hal ini sangat jauh berbeda. Seorang muslimah diwajibkan untuk menutup seluruh auratnya ketika berada di wilayah publik. Memang bahasan cadar ada perbedaan pendapat di kalangan ulama, tetapi untuk menutup aurat maka ini hal yang sudah pasti tidak ada perbedaan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Alquran pada Surat Al Ahzab 59 dan An Nur 31.

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:  “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab 59)

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suamimereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-lak imereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadapwanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS AN Nur 31).

Dari terjemahan kedua surat tersebut sudah terpampang nyata kalau sebagai seorang muslimah harus sesuai dengan syariat Islam. Yaitu, dengan cara menutup aurat secara sempurna, memakai jilbab (gamis) dan kerudung. Itulah yang menjadikan corak khas muslimah serta identitas sesungguhnya, bukan konde. Karena itu jelas-jelasmembuka aurat secara nyata. Dan kondeitu berasal dari budaya saja, bukan dari syariat.

Hal berikutnya adalah terkait dengan kumandang azan. Ibu tersebut membandingkannya dengan kidung ibu Indonesia. Betapa rendahnya lantunan azan di mata beliau, padahal sejatinya itu adalah tanda sayang Allah kepada setiap hambanya. Kaum muslimin di mudahkan untuk melakukan shalat karena sudah ada alarm yang pasti. Subhanallah, sungguh luar biasa.

Pada sisi yang lain, ada keutamaan bagi muazin. Sebagaimana hadist Nabi SAW dari riwayat  Imam Bukhari dan Muslim. “Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya, niscaya mereka akan melakukan undian”.

Kemudian hadist yang diriwayatkan oleh Iman Ahmad “Muazin diampuni sejauh jangkauan azannya. Seluruh benda yang basah maupun yang kering yang mendengar azannya, memohonkan ampunan untuknya”. Betapa dahsyatnya lantunan kumandang azan, menjadi pahala tersendiri bagi yang melakukannya. Itulah Islam, segala sesuatu pastilah tak ada yang sia-sia.

Semua akan berharga di hadapan Allah manakala sesuai dengan ketentuan syarat pastinya. Ternyata masih banyak yang kita tidak tahu dan paham. Oleh karena itu butuh belajar dan kesungguhan di dalamnya. Selagi umur masih di badan marilah kita berlomba untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Hal yang dilakukan adalah mengkaji ilmu-ilmu Islam dan menerapkannya pada kehidupan. Jangan malah jadi orang yang selalu menentang pada Allah, Rasul dan Islam. WallahuA’lam. (jejakrekam)

Penulis adalah IRT, Pemerhati Keluarga, Anak dan Remaja

Anggota Akademi Menulis Kreatif (AMK) Kalsel

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.