NU-Muhammadiyah Diminta Konsolidasikan Gerakan Politik Umat Islam

0

PERTEMUAN dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) pada Jumat (23/3/2018) di Jakarta, hingga mengeluarkan pernyataan sikap bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir diingatkan agar berlanjut dengan langkah strategis.

PENGAMAT politik dan sosial FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Setia Budhi Ph.D mengatakan pertemuan dua ormas Islam terbesar di Indonesia merupakan momentum politik strategis dalam kerangka keumatan dan melihat kebangsaan sebagai hal utama dibanding perbedaan.

“Indonesia hari ini tampak rumit dengan pokok persoalannya adalah keadilan ekonomi. Persoalan krusial umat tentang keadilan terhadap akses sumber daya alam (SDA),” ucap Setia Budhi kepada jejakrekam.com, Minggu (25/3/2018).

Doktor jebolan Universitas Kebangsaan Malaysia ini mengatakan tentu dibutuhkan implementasi yang sungguh-sungguh terkait perlindungan terhadap umat dan gerakan pemecah belah, mempertegas posisi politik yang jauh dari pragmatisme, transaksi kepentingan politik sesaat dengan mengedepankan politik yang menjangkau jauh ke depan.

“Bergerak bersama untuk satu kepemimpinan Indonesia yang melindungi prinsip dakwah Islam, melindungi ulama dan pegiat dakwah islamiyah yang kehidupan mereka sangat sederhana di pelosok Indonesia,” beber Setia Budhi.

Pria yang juga aktif di Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kalsel ini berharap Muhammadiyah dan NU bisa membentuk jaringan bersama media televisi agar umat mendapat informasi dan berita yang membangkitkan kesadaran politik umat.

“NU dan Muhammadiyah juga bersama menyusun langkah besar untuk mengisi keanggotaan legislatif, eksekutif, yudikatif dan mengawal penyelenggara Pemilu 2019 pada tingkat basis sampai pada level tinggi,” cetusnya.Tak hanya itu, Setia Budhi j

uga mengatakan perlunya NU dan Muhammadiyah mengkonsolidasikan seluruh gerakan politik di bawah persatuan umat dan ukhuwah islamiyah yang total, sehingga umat tidak mudah terombang ambing di tengah globalisasi.

“Jika sudah begitu, tentu akan menjadikan Islam dan organisasi keumatan dan keindonesiaan yang unggul dan berwibawa,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.