Kehidupan Pasar Malam Blauran Seakan Dibiarkan Mati Pelan-Pelan

0

ERA kejayaan Pasar Malam Blauran terus memudar. Dulu di tahun 1970 hingga 1980-an, kehidupan malam di Banjarmasin sangat bergelora. Dari Jalan Hasanuddin HM hingga kawasan Pasar Sudimampir hidup dengan denyut pasar malamnya.

BEGITU memori yang diingat Hasan Farid. Sepuh pedagang Pasar Kujajing Banjarmasin ini mengungkapkan kehidupan pasar malam di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan tak kalah dengan kota-kota besar di Pulau Jawa.

“Dulu pasar malam di Banjarmasin dimulai dari kawasan Toko Buku Yunus, hingga melebar ke Pasar Blauran. Jadi, di pasar malam itu banyak disediakan barang dagangan dari konveksi, hingga aneka kuliner, terkhusus lagi makanan khas Banjar di kaki lima,” tutur Hasan Farid.

Cerita Hasan Farid mungkin tak bisa lagi dinikmati di kawasan Pasar Blauran Banjarmasin. Sebelumnya, pasar malam ini sempat hidup di kawasan Pusat Perbelanjaan Pangeran Antasari (P3A) sebelum akhirnya digusur karena hendak dibangun Pasar Sentra Antasari di era 1990-an hingga awal 2000-an, hingga beralih ke kawasan Jalan Katamso, dan di sekitar Pasar Cempaka.

“Padahal, dulu pasar malam yang dimulai sejak sore hingga malam hari, merupakan ciri khas Banjarmasin. Bahkan, pengunjungnya bukan hanya dari Banjarmasin, tapi dari luar kota,” ucap pedagang Pasar Blauran, Yannor kepada jejakrekam.com, Jumat (23/3/2018).

Ia ingat betul kejayaan Pasar Malam Blauran yang mulai meredup sejak memasuki awal 2000-an. Berbeda ketika era 1980 hingga 1990-an. “Sekarang bisa dibilang, banyak pengunjung ke sini hanya melihat-lihat, tak lagi membeli. Apalagi, sekarang sudah banyak bermunculan pasar malam, seperti Pasar Tungging dan Duta Mall. Ini belum lagi bisnis jual beli online,” ucapnya.

Yannor pun mengaku warisan berdagang dari orangtua di Pasar Blauran, harus terus dijaga. Meski, kini persaingan dengan pasar-pasar yang baru sangat ketat. “Ya, kalau boleh dibilang Pasar Blauran ini telah ditinggalkan pelanggan. Ya, seperti mati suri,” tandasnya.

Begitupula, Hasnah, pemilik rumah makan karih kambing Abang Leman ini melihat kehidupan pasar malam sepertinya telah dilupakan Pemkot Banjarmasin. Dia membandingkan dengan kebijakan yang diambil Pemkot Bandung atau daerah lainnya justru menghidupkan pasar malam sebagai pusat ekonomi rakyat.

“Seharusnya, Pemkot Banjarmasin ini bisa belajar dari kota lain yang mampu menghidupkan pasar malamnya. Jangan seperti sekarang dibiarkan mati pelan-pelan,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.