Kealamian Air yang Kian Sulit Didapat

21 Maret Peringatan Hari Hutan

0

SETIAP 22 Maret diperingati sebagai Hari Air se-Dunia (World Day for Water). Tahun 2018 ini, Hari Air mengambil tema solusi air berbasis alam, dimana kealamian dari air yang saat ini sulit didapatkan menjadi perhatian semua pihak agar lebih peduli dengan kondisi lingkungan yang ada saat ini. 

HARI Air se-Dunia adalah hari yang diperingati sebagai usaha untuk menarik atensi publik masyarakat sedunia, mengenai pentingnya air bersih bagi kehidupan dan usaha advokasi untuk melindungi sumber daya air bersih secara berkelanjutan.

Sementara itu, setiap 21 Maret diperingati sebagai Hari Hutan. Tahun ini, tema Hari Hutan adalah “Forest and Sustainable Cities” atau Hutan dan Kota Berkelanjutan.

Direktur Umum PDAM Bandarmasih Farida mengakui akibatnya rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat pencemaran, kualitas air baku PDAM semakimln buruk.

“Hal ini menyebabkan semakin tingginya biaya produksi air minum yang harus ditanggung PDAM Bandarmasih untuk mengolah air sungai menjadi air bersih,” katanya saat berdiskusi dengan Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia, Rabu (21/3/2018).

PDAM Bandarmasih masih mengandalkan air baku dari Sungai Martapura dan Waduk Riam Kanan

Air Sungai Martapura dan Barito kualitasnya,semakin buruk akibat pencemaran baik logam berat maupun bakteri e-Coli. Sementara itu, saat musim hujan tingkat kekeruhan yang tinggi, dan kadar garam melebihi baku mutu saat kemarau karena intrusi air laut.

“Perlu upaya semua pihak,  pemerintah melalui kebijakannya dan masyarakat ikut bersama memelihara sungai. Kualitas air baku Sungai Martapura seharusnya kelas A, tetapi kondisi di lapangan kelas C,” beber Farida.

PDAM Bandarmasih saat ini mempunyai cakupan layanan air bersih hingga 99,9 persen di Banjarmasin ditambah sekitar 11.000 sambungan di wilayah Banjar dengan kapasitas 2.250 liter per detik. Sementara cakupan layanan rata-rata PDAM di Kalsel selain Banjarmasin adalah 20-30 persen. Untuk menjaga ketersediaan air baku PDAM telah merancang pembangunan embung raksasa yang mampu menampung satu juta kubik air sebagai persediaan air warga saat kemarau panjang.

“PDAM Bandarmasih juga menghadapi kendala masih tingginya tingkat kebocoran air hingga 29 persen, serta kondisi jaringan perpipaan dan distribusi yang sebagian besar sudah tua,” ucap Farida.

Wakil Ketua Pena Hijau Indonesia Rahman Khaidir mengatakan, buruknya kualitas air sungai di Kalsel ikut mempengaruhi rendahnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kalsel.

“IKLH Kalsel merupakan terburuk dari lima provinsi yang ada di Kalimantan dan menempati urutan 26 dari 33 provinsi di tanah air,” tuturnya.(jejakrekam)

Penulis Andi Oktaviani
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.