Cinta Sejati, Kebahagiaan Menanti

Oleh : Mulyaningsih, S.Pt

0

PERGAULAN mendengar kata tersebut maka pastilah kita akan menyorot pada kaum remaja. Hal tersebut seperti sangat melekat erat dengan remaja. Tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bagaikan permen karet yang sulit sekali dipisahkan ketika telah menempel pada baju, akan ada bekas yang tertoreh di sana. Kalau kita kaitkan dengan realitas pergaulan remaja saatini, banyak fenomena yang menjamur bak bunga yang sedang bermekaran di kala musimnya.

SEBUT saja salah satu adalah pacaran. Aktivitas tersebut menjadi hal kudu bin wajib yang harus dilakukan oleh remaja. Apabila tidak melakukanya, maka sering menjadi sorotan teman-temannya. Sering dibilang muna-lah atau kuno bahkan disebut sok alim. Itulah lontaran-lontaran yang biasanya dikemukanan dikalangan mereka. Padahal telah terpampang nyata sekali didalam Alquran bahwa kita tidak boleh mendekati zina. Mendekatinya saja dilarang apalagi melakukannya. Aktivitas pacaran sendiri bisa menghantarkan pada perbuatan zina.

Sebenarnya, kalau kita berbicara masalah pacaran maka pastilah membicarakan cinta. Satu kata yang sering diucapkan oleh kalangan remaja. Sahut menyahut pun pasti didapati ketika kita membahasnya. Kenyatannya, kata cinta ini sungguh sangat manis, enak, gurih, renyah dan lezat. Itulah gambaran tampak luar dari cinta, tetapi jika kita amati dan cermati lebih mendalam maka cinta itu ibaratmadu berbalut racun. Manis ketika kita mencobanya tetapi pahit dikemudian atau bahkan bisa sampai menghilangkan nyawa.

Sebagian besar remaja, cintanya hanya berbalut oleh nafsu belaka.Sangat tipis perbedaan antara cinta dan nafsu. Banyaknya contoh yang ada dimasyarakat, kita ambil salah satunya saja. Semisal fenomena pacaran yang sering disebut dengan pacaran Islami. Tujuannya adalah agar saling mengingatkan dalam hal kebaikan seperti sholat, belajar bersama, saling menyayangi dan yang lainnya. Aktivitas-aktivitastadi seyogyanya akan mendekatkan pada zina. Jadi sebenarnya sama, antara pacaran islami ataupun pacaran tradisional semua itu dilarang oleh islam karena bisa menjerumuskan pada perbuatan zina.

Banyak fakta yang bermunculan, 62.7 % remaja pernah melakukan pergaulan bebas. Kemudian kasus aborsi mencapai angka 2,4 juta kasus per tahun dan 21 % dilakukan oleh kalangan remaja. Ditambah pula hampir semua sekolah negeri tersentuh oleh narkoba.

Pandangan Islam

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Di dalamnya terdapat berbagai macam aturan sebagai pedoman hidup manusia, tak terkecuali tentang cinta ini. Sebagai hambaNya, maka sudah sewajarnya kita harus mengerti akan cinta serta aplikasi dalam kehidupan perlu direalisasikan.

Berarti langkah awal adalah kita harus mengetahui tentang cinta. Apa sebenarnya cinta itu? Jangan sampai cinta kita hanya sekedar cinta semu atau cinta buta yang membutakan mata hati serta pikiran kita. Jangan sampai terjadi ya, karena pasti kita akan rugi. Rugi dunia dan juga akhirat.

Berbicara tentang cinta maka iaadalah salah satu anugerah dan rahmat yang Allah berikan kepada setiap insan. Tak perduli apakah kaya, miskin, muda, tua, di desa, di kota, laki-laki, perempuan semua Allah berikan cinta tanpa terkecuali. Berangkat dari sini, maka yang harus dilakukan adalah bersyukur akan hadirnya anugerah tersebut. Kemudian harus mengaplikasikan rasa cinta itu. Seyogyanya rasa cinta itu butuh direalisasikan, jika terpendam akan membuat hati gundah gulana dan tak tentram.

Untuk mengaplikasikan rasa cinta tersebut, tentulah perlu ilmu. Sehingga wajib bagi setiap manusia untuk belajar dan mengkaji secara mendalam terkait hal tersebut, agar nantinya tidak salah jalan. Ataupun menabrak rambu-rambu yang ada, maka perlu mengetahui akan hal itu. Tentunya rambu-rambu harus merujuk pada Islam, dalam artian Islam memandang boleh atau tidak melakukannya. Banyak contoh yang bisa kita tiru dan aplikasikan dalam kehidupan ini. Seperti yang terjadi pada saudara-saudara yang kala itu tinggal di Makkah pada masa awal Islam turun. Saat itu, mereka dengan sengaja dan ikhlas meninggalkan tempat kelahiran mereka, meninggalkan anak dan istrinya kala mereka tidak mau memeluk Islam.

Berhijrah ke tempat yang lebih baik adalah tujuan mereka karena rasa cinta mereka terhadap Allah dan Rasul serta agama Islam.Contoh lain adalah cerita Nabi Ibrahim yang karena rasa cintanya pada Allah mau melaksanakan segala bentuk perintahNya. Seperti yang kita tahu bahwa beliau diperintahkan untuk menyembelih putera kesayangan beliau, Nabi Ismail. Tak ada keraguan dalam diri Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Allah.

Dari kedua contoh diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa cinta yang sejati dan benar adalah ketika kita dapat menundukkan hawa nafsu kita. Menempatkan cinta terhadap Allah lebih tinggi daripada apapun di dunia ini. Itulah makna cinta yang sebenarnya dan wajib dilaksanakan oleh seluruh kaum muslimin. Adapun cinta terhadap orang tua, saudara, anak dan istri kita tempatkan setelah cinta terhadap Allah SWT dan RasulNya. Jika kita sudah bisa menempatkan cinta tersebut maka niscaya kebahagiaan dunia bahkan akhirat akan kita dapatkan. Hal lain yang kita dapatkan adalah keimanan serta ketaqwaan kita makin mengakar kuat dalam diri.

Lantas bagaimana dengan fenomena pacaran yang kini ibarat barang yang mudah sekali ditemukan. Dalam islam tadi sudah jelas bahwa kita dliarang untuk melakukan perbuatan yang mendekati zina. Artinya termasuk juga pacaran, aktivitas ini hanya mengedepankan hawa nafsu serta pelampiasan yang tidak tepat maka Islam melarangnya. Sehingga remaja harus membentengi diri mereka dengan iman dan taqwa. Mampu menempatkan cinta tertinggi hanya kepada Allah dan Rasul bukan pada manusia (lawan jenis). Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 31 yang berbunyi, Katakanlah: ”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dari terjemahan ayat diatas mengisyaratkan bahwa orang yang mengaku cinta terhadap Allah SWT niscaya dia akan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Dan mengikuti segala apa yang dilakukan oleh Nabi SAW. Ketika seseorang mengaku cinta, namun tidak mau menjalankan perintahNya maka cintanya termasuk pada cinta palsu yang dibingkai kepura-puraan.

Begitulah islam memandang perasaan cinta. Sudah selayaknya kita menjalankan segala macam aturan yang Allah perintahkan pada kita semua. Kunci utamanya adalah pada keimanan serta ketaqwaan kita. Dengan dua hal tersebut insya Allah kita akan meraih cinta hakiki yang mampu membawa kita pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Wallahu A’lam. (jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Keluarga, Anak dan Remaja

Anggota Revowriter dan Tinggal di Banjarbaru, Kalsel

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.