Mengembalikan Pewarna Alami Sasirangan Demi Mempertahankan Tradisi

0

ADA ratusan stand turut memeriahkan Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2018, yang dipusatkan di kawasan Menara Pandang, Jalan Piere Tendean Banjarmasin. Dibuka pada Rabu (7/3/2018), dan diyakini akan banyak stand-stand menampilkan produk unggulan daerah bersaing dalam even tahunan itu.

ADA satu stand yang cukup menarik perhatian para pengunjung. Ya, standar bertuliskan Sasirangan Assalam yang justru berani mendobrak pakem kain khas tradisional. Motif-motif lawas dengan warna yang teduh ditampilkan pengelola stand ini.

“Kain sasirangan yang kami tampilkan ini merupakan warisan motif dari orangtua saya. Ya, saya melanjutkan tradisi keluarga sebagai pembuat kain sasirangan,” ucap Ibnu Katsir, pemilik stand Sasirangan Assalam kepada jejakrekam.com, Rabu (7/3/2018).

Ia mengungkapkan pada 2009 silam, sang ayah mendapat pelatihan khusus dari Dinas Perindustrian Kota Banjarmasin yang berani kembali ke pewarna alami, di tengah industri kain tradisional dengan warna cerah dari pewarna kimia.

“Kami menggunakan corak dan motif kain sasirangan dari pewarna alam yang tumbuh di sekitar kehidupan kita, seperti kunyit dan lainnya,” ucap Ibnu Katsir.

Nah, begitu mencoba, ternyata hasil kainnya jauh lebih menarik dibandingkan dengan warna cerah dari bahan kimia. “Awalnya, kain sasirangan ini menggunakan pewarna alami yang merupakan warisan orangtua kita bahari. Ternyata, hal semacam ini sudah banyak dilupakan,” tutur Ibnu Katsir.

Bagi dia, terpenting dalam kain sasirangan itu adalah menyuguhkan motif yang tidak membosankan dan monoton, namun tetap mengikuti perkembangan zaman. “Namun, kita juga jangan meninggalkan motif tempo dulu warisan dari leluhur kita,” imbuh Katsir.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.