Perlakuan Khusus Anak Bawang di Pasar Harum Manis

0

PENDIDIKAN dasar 9 tahun merupakan hak setiap warga negara Indonesia, khususnya bagi generasi penerus. Amanat UUD 1945 dan UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 yang wajib diwujudkan, juga dirasakan anak-anak kurang mampu terutama di kawasan Pasar Harum Manis Banjarmasin.

DI TENGAH kesibukan mereka membantu orangtua sebagai buruh pengupas bawang di sudut pasar di Jalan Pasar Baru, Banjarmasin, tampak terlihat denyut aktivitas belajar mengajar terasa di kelas khusus SDN Filial Mawar 2 Banjarmasin. Di tempat pembelajaran yang dikenal dengan sekolah bawang ini menampung anak-anak tak mampu serta anak-anak jalanan yang ada di Banjarmasin.

“Mayoritas murid yang belajar di sini adalah anak-anak tak mampu dan anak-anak jalan. Saya bersyukur mereka mau bersekolah untuk menatap masa depan yang cerah lewat dunia pendidikan,” ucap Kepala SDN Filial Mawar 2, HM Zaini kepada jejakrekam.com, Sabtu (3/3/2018).

Ia mengatakan stereotype anak-anak jalan susah diatur, justru bisa dididik tak hanya pengetahuan umum, namun juga pelajaran akhlak dan budi pekerti. Hal ini dirasakan Zaini, yang telah mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik sejak 1980 ini.

Sekolah khusus yang berdiri sejak 17 Juli 1985 diprakarasi Husaini, M Yunus serta beberapa orang yang telah tiada, terus dipertahankan Zaini dan guru lainnya. Menurut dia, selama ini, pengelolaan sekolah khusus ini dibiayai melalui APBD Banjarmasin, dan di bawah kendali Dinas Pendidikan Banjarmasin.

“Sekolah di sini, berbeda dengan sekolah dasar dan SMP lainnya. Ya, di sini murid tidak perlu pakai baju seragam, dan pulang bisa lebih cepat agar bisa membantu orangtuanya. Untuk ijazah paket A dan B,” kata Zaini.

Ia mengungkapkan mata pelajaran yang diajarkan di SDN Filial Mawar 2 ini, tak hanya diisi para guru, namun juga diberikan pelatihan dari pegawai Dinas Sosial Kota bnajarmasin, seperti keterampilan menjahit, bengkel las dan montir. “Jadi, begitu lulus dari sekolah khusus ini, anak-anak bawang bisa mempraktikkan ilmu yang didapat di sekolah,” ucap Zaini.

Begitupula, Noor Sinah, ibu guru yang mengajar sekolah khusus ini mengaku lebih tertantang mentransfer ilmunya kepada anak didiknya. Hampir tiga tahun lebih, ibu yang kini berusia 52 tahun juga meluangkan waktunya untuk mengajar anak-anak para buruh pengupas bawang ini. “Ya, saya juga mengajar di sekolah lain. Untuk di sekolah memang diutamakan pembinaan akhlak, makanya di sini juga diajarkan baca tulis Alqur’an,” ucap Noor Sinah.

Ia mengaku mengajar anak-anak khusus ini justru lebih banyak sukanya, dibandingkan duka. Tips untuk betah mengajar dalam kamus Noor Sinah adalah sabar menghadapi anak-anak yang hidup dan besar di jalanan ini.

Belajar dimulai pukul 08.30 Wita, dan pulang bagi siswa SD sekitar pukul 11.00 Wita dan SMP pukul 12.00 Wita, anak-anak pun mengaku senang belajar di sekolah khusus. Seusai belajar di kelas, begitu pulang, anak-anak pun melakoni kehidupan sehari-hari membantu orangtua mengupas bawang dan mengamen.

“Untuk jumlah guru yang mengajar di sini ada 10 orang. Untuk murid SD tercatat ada 40 siswa, dan SMP 30 siswa. Jadi, totalnya, anak murid yang dididik sebanyak 70 orang,” pungkas Noor Sinah.(jejakrekam)

Penulis : Sirajuddin

Editor   : Fahriza

Foto      : Sirajuddin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.