Aroma Hio Imlek Semerbak di Tempekong Karta Raharja

0

JELANG perayaan Imlek 2018 atau Tahun Baru Cina 2566, sejumlah tempat ibadah umat Tridharma (Konghucu, Taoisme dan Buddha) di Banjarmasin, telah berbenah diri. Menyambut perayaan Gong Xi Fa Cai yang bertepatan pada Kamis (16/2/2018), tepat pukul 24.00 Wita, umat Tridharma akan menggelar peribadatan detik-detik pergantian tahun 2555 ke 2566.

“SETELAH lonceng dibunyikan, kami akan menggelar peribadatan sesuai kepercayaan umat yang datang ke Tempekong Karta Raharja (Po An Kiong). Ya, pergantian tahun 2017 atau tahun ayam api menuju tahun anjing tanah (2018),” ucap pengurus Tempekong Karta Raharja, Leo Sugiarto kepada jejakrekam.com, Kamis (16/2/2018).

Tempekong atau Klenteng Po An Kiong yang terletak di Jalan Niaga Nomor 45, kawasan Pasar Cempaka, Banjarmasin ini pun tampak dihiasi dengan pernak-pernik Imlek, serta bau semerbak dari hio dan dupa-dupa yang dibakar di atas altar persembahyangan. Begitu pula lilin merah dari ukuran terkecil hingga jumbo, dinyalakan demi menyambut pergantian Shio Ayam ke Shio Anjing.

Menurut Leo Sugiarto, perayaan Imlek merupakan momen yang ditunggu warga Tionghoa tiap tahun, guna memanjatkan doa para Dewa, hingga menyampaikan harapan di tahun baru kepada Yang Maha Kuasa. Tak mengherankan, di Klenteng Pon An Kiong itu, beberapa patung Kimsin (dewa-dewi) dibersihkan. “Tahun Baru Imlek 2018, tentu akan banyak tantangan, maka di awal tahun baru kami berdoa agar tujuan bisa tercapai,” katanya.

Leo Sugiarto mengungkapkan tak hanya warga keturunan yang datang ke Klenteng Karta Raharja, masyarakat Banjarmasin dari berbagai etnis pun akan membaur dalam perayaan tahun baru tersebut. Sebab, banyak atraksi yang akan dipersembahkan, seperti tarian Barongsai dan menyalakan kembang api.

“Bagi kami, saat persembahyangan di tengah malam, itu seperti umat Islam yang melaksanakan shalat Tahajud. Ya, berdoa di tengah malam itu jauh lebih khusyuk,” ucap Leo. Dalam doanya, Leo berharap agar begitu memasuki Tahun Baru Imlek 2018, Banjarmasin khususnya dan umumnya Kalimantan Selatan akan tetap aman dan damai.

Tempekong Pasar yang dikenal masyarakat Banjarmasin ini memang keberadaan di tengah kehidupan siang dan malam pasar. Jika siang hari, denyut perdagangan mewarnai Pasar Cempaka dan Pasar Niaga. Sedangkan, pada malam hari, terdapat Pasar Malam Blauran.

Klenteng ini pun lebih tua dibandingkan tempat-tempat suci umat Tridharma. Berdiri sejak 1314, setelah mengalami musibah kebakaran, pada 1914 kembali dibangun oleh tokoh-tokoh Tionghoa dengan nama Tempekong Po An Kiong atau Klenteng Karta Raharja.

Klenteng ini merupakan bangunan warisan tempo dulu. Bahkan, beberapa perabotnya masih terjaga keaslian dan keasrian. Termasuk, meja altar Kwang Ce Cun Wang, yang pernah dijatuhkan bom dari pesawat tentara Sekutu dari Australia, ternyata tidak meledak. Bom dari pesawat Australia pada 1945 itu, hanya merusak atap dan meja altar sakral di tempat peribadatan yang berada di tengah hiruk pikuknya pasar terbesar di Banjarmasin itu.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Asyikin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.