Agar Orang Gila Tak Menggila

0

AKHIR-akhir ini sering terjadi penganiayaan ulama oleh orang gila. Di antaranya ulama Persatuan Islam (Persis), Ustadz Prawoto tewas setelah menjadi korban penganiayaan pada Kamis pagi, 1 Februari 2018 (m.kaskus.co.id, 01/02/18).

SEBAGAIMANA yang diketahui bersama orang gila adalah orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Akalnya tidak sempurna. Tidak memiliki kesadaran penuh atas perilakunya. Maka akan sulit menangani kasus kejahatan yang mereka lakukan. Tidak ada hukuman yang bisa dikenakan pada orang gila.

Namun demikian kasus ini hendaknya harus tetap diusut hingga tuntas. Diselidiki siapa saja orang-orang yang selama ini dekat dengan mereka. Ke mana saja mereka berinteraksi sebelum beraksi? Dari sana bisa jadi akan didapatkan petunjuk. Siapa sebenarnya dalang di balik semua ini.

Mengingat tak mungkinnya orang gila punya organisasi khusus. Atau saling berkoordinasi menjalankan misi menganiaya ulama. Dari jumlah dan kemiripan kejadiannya tidak mudah rasanya kita menerimanya hanya sebatas kebetulan semata.

Harus ada keseriusan mengungkap masalah ini. Sebab ulama adalah pelita umat. Dari merekalah estafet ilmu terus mengalir menyirami kegersangan umat manusia. Kehilangan mereka umat kehilangan cahaya penerang. Saat mereka ada saja masih banyak yang tersesat apalagi jika mereka tiada. Sudah menjadi kewajiban bersama untuk memuliakan dan melindungi mereka.

Adapun tindakan preventif yang bisa dilakukan adalah dengan memelihara para orang gila. Keberadaan mereka harus terurus dengan baik. Pihak keluarga hendaknya tidak membiarkan mereka keluyuran tanpa pendampingan. Selain rentan untuk diperdaya oleh orang jahat untuk menggangu orang lain. Juga tidak sedikit orang gila itu sendiri yang menjadi korban. Baik hinaan yang semakin menambah beban kejiawaan. Bahkan tak jarang orang gila mendapat pelecehan seksual.

Hanya saja, memang bisa dipahami ketika keluarga tidak mampu melakukan itu semua dengan baik. Beban hidup yang semakin tinggi menuntut mereka menghabiskan waktu untuk masalah perut dan kebutuhan lainnya. Mereka tak punya banyak waktu untuk mengawasi anggota mereka yang sakit jiwa ini. Apalagi untuk mengobati mereka. Biayanya tidak murah.

Di sinilah peran penting negara sebagai penjamin kebutuhan sekaligus keamanan warga harus terwujud. Bagaimana membuat kebijakan-kebijakan yang pro rakyat. Agar kondisi ekonomi tidak semakin membebani rakyat. Hingga akhirnya hanya terporsir untuk urusan kebutuhan saja. Banyak tugas lain yang terbengkalai. Salah satunya memelihara keluarga yang sakit jiwa.

Selain itu, pelayanan kesehatan baik fisik maupun mental juga merupakan kewajiban negara. Bukan hanya menyediakan tapi harusnya digratiskan agar semua masyarakat bisa mengakses secara gratis. Sehingga mereka yang memang perlu perawatan dan rehabilitasi bisa terlayani. Tidak ada lagi yang berkeliaran di tempat-tempat umum.

Dengan demikian bisa dipastikan tidak akan ada lagi ulama atau siapapun yang akan menjadi korban menggilanya orang gila. Dan bagi orang gila sendiri, terpenuhi hak-haknya untuk dilayani sesuai kebutuhannya.

Untuk jaminan kebutuhan maupun pelayanan kesehatan tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Negara harus punya kekuatan finansial. Dan bagi Indonesia sebenarnya bukan perkara sulit jika memang mau.

Dari pengelolaan sumber daya alam saja bisa dipastikan mampu mengatasi defisit anggran yang selalubterjadi setiap tahun. Syaratnya semua pengelolaan dikembalikan pada negara. Sebagaimana dalam Islam haram hukumnya menyerahkan SDA pada swasta apalagi asing.

“Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan api. Dan harganya adalah haram. Abu Sa’id berkata, yang dimaksud adalah air yg mengalir.” (HR. Ibnu Majah Nomor 2463)

“Imam itu laksana penggembala yang akan dimintai pertanggunggjawaban akan rakyatnya.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad)

Hendaknya penguasa tidak hanya bersungguh-sungguh saat mencalonkan diri. Kesungguhan itu harus dibuktikan dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Dan realisasinya tidak ada yang lain kecuali dengan menjadikan Islam sebagai rujukan dalam setiap pengaturan kehidupan. Allahu ‘alam.(jejakrekam)

Penulis   : Wati Umi Diwanti

Pengasuh MQ.Khodijah Al-Qubro,

Revowriter Kalsel, Warga Martapura

Ilustrasi : FaktualNews.co

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.