Ada 700 Pusaka, Walikota Ibnu pun Tertarik Jadikan Museum

0

KEINGINAN Walikota Banjarmasin Ibnu Sina untuk mentahbiskan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan sebagai salah satu syarat kota pusaka di Indonesia, bakal mulus. Selama ini, Banjarmasin yang pernah menjadi ibukota Borneo belum memiliki Museum Sejarah Kota, usai Museum Borneo dipindah ke Banjarbaru dan berubah menjadi Museum Lambung Mangkurat.

BAK peribahasa, pucuk dicinta ulam pun tiba, saat staf Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Banjarmasin hendak membebaskan lahan untuk proyek siring sungai, justru menemukan sebuah rumah yang di dalamnya terdapat warisan luar biasa. Setidaknya, ada 700 benda pusaka berupa keris, mandau, dan peralatan perang lainnya, serta perabot rumah tangga warisan tempo dulu.

Seketika itu pula, hasrat Walikota Ibnu Sina untuk membangun sebuah museum sejarah bagi Banjarmasin pun seperti kesampaian. Saking takjubnya, Walikota Ibnu Sina bergegas datang langsung ke kawasan Teluk Kelayan, Banjarmasin untuk menyaksikan langsung koleksi benda pusaka yang terawat dengan baik oleh si empunya.

Selama ini, dalam rumah berarsitektur Banjar itu, aneka benda pusaka almarhum Basirudin itu dirawat dengan apik dan telaten dari ahli warisnya, Syarifuddin. Kabarnya, Basirudin merupakan salah satu pejuang Tanah Banjar yang melawan kolonialisme Belanda di masa revolusi.

Untuk itu, Walikota Ibnu Sina pun mengatakan akan menggali sejarah kawasan itu, sehingga pelibatan publik sangat diperlukan demi mewujudkan Museum Banjarmasin yang terletak di tepian Sungai Martapura, sangat klop dengan ikon Kota Seribu Sungai. Mantan Ketua DPW PKS Kalsel ini mengungkapkan Banjarmasin termasuk dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Hanya saja, kota yang kini hampir berusia 5 abad ini belum memiliki Museum Sejarah Kota yang representatif.

“Makanya, saya minta agar bangunan di Teluk Kelayan, Kelurahan Pekauman ini tak perlu dibongkar.  Sebab, bangunannya juga bangunan lawas, sehingga bisa dipertahankan dengan benda-benda bersejarah dan layak dijadikan Museum Kota Banjarmasin,” tegas Ibnu Sina.

Dalam bayangan mantan anggota DPRD Kalsel ini, rumah tua itu tinggal dipoles dengan sentuhan arsitektur tradisional bisa disulap menjadi Museum Banjarmasin.

“Nantinya, sebuah rumah tua bergaya klasik lokal ini tak akan dirobohkan. Jadi, di area pembebasan lahan Muara Kelayan ini akan lebih mencolok di tengah pembangunan siring. Apalagi, selama ini, banyak sejarah atau cerita yang masih tercerai berai,” papar Ibnu Sina.

Syahdan, Walikota Banjarmasin ini mengatakan adanya Museum Banjarmasin di tepi Sungai Martapura, tentu akan secara utuh potret ibukota Provinsi Kalimantan Selatan sebagai kota tua bersejarah dan kota sungai. “Apalagi, keluarga besar almarhum Basirudin juga mengiyakan jika rumah ini dijadikan Museum Banjarmasin, apalagi sudah dibebaskan. Nah, untuk peresmiannya, kemungkinan pada 2019 atau 2020, rumah ini dijadikan Museum Banjarmasin,” tandasnya.

Sedangkan, ahli waris 700 benda pusaka, Syarifudin mengatakan akan segera merundingkan tawaran dari Walikota Ibnu Sina dengan keluarga besarnya. “Sebab, benda-benda pusaka ini merupakan titik orangtua kami. Beliau beramanat agar menjaga dan merawat benda-benda pusaka ini,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Ahmad Husaini

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Dok Sunarti

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.