Demokrasi Pendidikan di Era Disruptif

0

MASA kecil merupakan masa yang penuh kecerian dan pengalaman yang cukup memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter seseorang. Ada pengalaman yang menarik saat bermain bola di tengah derasnya hujan, ada pengalaman yang menyenangkan saat bermain di atas air sungai mengalir dan bahkan ada pengalaman yang membuat kenangan tersendiri bagi seseorang sehingga menjadi pelajaran, dan menjadikan prinsip hidupnya untuk mengarungi kehidupan agar tidak terulang lagi.

PENGALAMAN setiap orang sesuai dengan zamannya.Pada masa terdahulu ada pengalaman dalam bermain dengan alat atau media tradisional yang terbuat dari sumber daya alam, seperti bola yang dibuat dari getah pohon karet yang dioleskan ke daun pisang yang sudah layu, sampai berbentuk bundar seperti bola, dan inilah yang digunakan sebagai bola untuk bermain bola. Ada juga buah pohon karet yang digunakan untuk bermain, dan ada juga bermain logo dengan bahan dari tempurung kelapa.

Namun sangat jauh berbeda dengan zaman now, alat atau media bermain telah tergantikan dengan robot, computer dan game yang semuanya hampir menggunakan tenaga listrik, bahkan lebih canggih lagi permainannya lewat dunia maya dengan computer, laptop bahkan handphone yang dapat digunakan di mana saja, kapan saja selama ada kuota dan jaringan.

Permainan yang dilakukan pada masa kecil merupakan suatu proses pembelajaran secara empiris, dan ini yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan siswa/mahasiswa yang perlu mendapatkan perhatian di saat proses pembelajaran bagi pengajar. Pengalaman seorang siswa/mahasiswa merupakan potensi yang terpendam yang terkadang terabaikan, padahal sejumlah siswa/mahasiswa yang mengikuti proses pembelajaran itu memiliki pengalaman masing-masing. Maka proses pembelajaran merupakan suatu proses bagaimana menciptakan situasi dan kondusif yang kondusif agar terjadinya proses belajar dengan berpusat pada potensi siswa/mahasiswa, dalam upaya memberdayakan sejumlah pengalaman siswa/mahasiswa.

Di era disruptif, dimana perubahan terus bergerak cepat dan melompat secara organis dan dinamis serta sulit untuk diprediksi, dengan ditandai perubahan tenaga manusia digantikan dengan robot (robotic), kecerdasan buatan (artipical intelegency). Kalau siswa/mahasiswa tidak dipersiapkan dengan kompetensi dan keterampilan yang mumpuni, maka siswa/mahasiswa tersebut akan mengalami ketertinggalan dan bahkan bisa menjadi penonton di era disruptif.

Untuk mampu bertahan dan bersaing di era disruptif, siswa/mahasiswa harus merubah mindset dengan pendekatan berpikir asosiasi, yakni kemampuan dan keterampilan menghubungkan satu ide dengan ide yang lainnya, masalah satu dengan permasalahan lainnya. Karena kehidupan terus berubah sebagaimana diingatkan Rhenald Kasali (2017) dalam bukunya “Disruption” bahwa “tidak ada yang tidak bisa diubah sebelum dihadapi, motivasi (harapan dan keinginan) saja tidak cukup”. Untuk itu siswa/mahasiswa harus tahu posisi dirinya dan tahu harus kemana melangkah (where we are, and where we are going to)

Kompetensi dan keterampilan siswa/mahasiswa perlu diberikan pengalaman belajar melalui demokrasi pendidikan dengan menghargai;

  1. Kebebasan berpikir asosiasi, dimana orang lain tidak terpikirkan namun bagi siswa/mahasiswa itu merupakan masalah yang patut dipecahkan dan dicari pemikiran baru untuk mengatasinya bredasarkan pengalaman.
  2. Kebebasan bertanya, dimana siswa/mahasiswa diberikan seluas luasnya untuk berkesempatan bertanya sesuai pengalaman yang dimilikinya untuk mendapatkan pengalaman baru.
  3. Kebebasan melakukan observasi untuk mengamati secara langsung fenomena kehidupan baik alamiah, maupun interaksi sosial kemasyarakatan yang dapat memberikan sejumlah pengalaman kehidupan siswa/mahasiswa.
  4. Kebebasan untuk melakukan experimen dalam menemukan sesuatu hal yang baru sebagai pengalaman belajar.
  5. Kebebasan dalam berteman dalam membentuk jaringan atau network, untuk berdiskusi dan bertukar pemikiran dan pandangan serta pengalaman guna mendapatkan pengalaman belajar yang baru.

Demokrasi pendidikan bagi siswa/mahasiswa yang diperoleh dari pengalaman selama kehidupan dan pergaulan di lingkungan, di mana pengalaman dan pergaulan siswa/mahasiswa tersebut digunakan dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan kehidupan serta sebagai suatu kompetensi dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga berbagai pengalaman siswa/mahasiswa berguna dan bermakna bagi dirinya serta sesuai kebutuhan di era disruftif

Melalui demokrasi pendidikan yang memberikan suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan memberdayakan, akan memberikan suatu pencerahan yang menyenangkan bagi siswa/mahasiswa, untuk siswa/mahasiswa dan dilakukan oleh siswa/mahasiswa di era disruptif.(jejakrekam)

Penulis : DR  Jarkawi

Wakil Rektor I Uniska MAAB

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.