Dua Tahun Radioterapi Kanker RSUD Ulin Tak Berfungsi

0

POSTINGAN Sekretaris Komisi IV DPRD Kalsel, M Lufti Saifuddin dalam akun facebook (FB) pada Jumat (9/2/2018) yang menyebut banyak pasien penderita kanker di RSUD Ulin Banjarmasin, terpaksa harus dirujuk ke RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda, akibat dampak alat radiasi yang dibiarkan rusak, justru menaikkan ongkos berobat.

LEGISLATOR Partai Gerindra ini mengungkapkan alat radiasi di rumah sakit terbesar di Kalimantan Selatan itu dibiarkan rusak selama dua tahun, akibatnya beban biaya harus yang harus dikeluarkan pasien Kalsel semakin berat.

“Kalau tidak mampu, kami siap kok kumpulkan koin peduli kanker untuk biaya perbaikan,” tulis Lutfi Saifuddin dalam dinding akun FB, yang ditanggapi facebooker dengan beragam. Menurut Lutfi lagi, status RSUD Ulin Banjarmasin yang BLUD bisa menggunakan dana sendiri, tanpa menunggu dana APBD Kalsel, sehingga tidak ada alasan untuk perbaikan alat radiasi.

Menjawab tudingan itu, Direktur Utama RSUD Ulin Banjarmasin, dr Hj Suciati pun meminta agar segala pihak meminta penjelasan atau konfirmasi, terkait beredarnya informasi di media sosial tersebut. “Yang membuat pernyataan di facebook itu tidak pernah tanya kepada saya. Tapi langsung bikin informasi,” ujar Suciati dikonfirmasi jejakrekam.com, Minggu (11/2/2018). 

Ia menjelaskan alat radioterapi senilai Rp 8 miliar produk asal negara Cekoslovakia merupakan bantuan pemerintah pusat bersumber dari APBN 2008, yang digunakan untuk penyinaran penyakit kanker, bukan rusak apalagi dibiarkan rusak.

“Sejak Oktober 2016 lalu, fungsi alat radioterapi itu sudah habis, sehingga tak bisa digunakan lagi atau diperbaiki lagi. Makanya, alat itu harus diganti dengan yang baru. Alat radioterapi itu berada di sub bagian alat vital pendukung berbentuk batu pualam buatan negara luar. Jadi, bukan rusak, tapi masa gunanya sudah habis, tak bisa diperbaiki lagi harus diganti baru,” tutur Suciati.

Namun, menurut dia, soal rentang waktu alat radiologi bermerek Coball hampir dua tahun tak berfungsi memang benar. Sebab, kata Suciati, sejak akhir 2016, aset bernilai miliaran rupiah itu diusulkan untuk penghapusan aset APBN. “Namun, mekanismenya cukup ribet dan membutuhkan waktu lama. Sebab, penghapusan aset, terlebih dulu pemerintah pusat akan mengirim tenaga ahli khusus perangkat. Jadi, tidak sembarangan orang untuk diteliti kelayakan penghapusannya,” ucap Suciati.

Tahapan berikutnya, diungkapkan Suciati adalah administrasi pemerintahan, pengiriman dan packaging barang khusus, hingga pembersihan sisa limbah radiasi. “Alat ini sudah dikirim dan ditangani tenaga khusus dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Jakarta. Untuk biaya di kisaran Rp 60 juta, lebih murah dibanding mendatangkan tenaga ahli dari Cekoslovakia memakan ongkos hampir Rp 600 juta,” tuturnya.

Mengenai pasien dari RSUD Ulin yang dirujuk ke RS AW Syahranie Samarinda juga tak dibantah Suciati. Menurutnya, langkah merujuk pasien penderita kanker ke rumah sakit dikarenakan telah memiliki alat radioterapi serupa dengan RSUD Ulin Banjarmasin.

“Namun, RSUD Ulin tetap menjadi rujukan ratusan pasien dari Kaltim, Kalimantan Utara, Kalbar dan Kalteng. Sebab, rumah sakit di empat provinsi tak memiliki alat dan tenaga khusus seperti di RSUD Ulin, terutama untuk penanganan kasus kanker darah anak,” kata Suciati.

Apakah nanti RSUD Ulin sudah memiliki alat radioterapi yang baru? Suciati mengungkapkan hingga kini, masih menunggu kedatangan alat radioterapi baru dengan mempersiapkan ruang khusus di rumah sakit milik Pemprov Kalsel. “Semoga bisa cepat beroperasi kembali,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Kalsel, Yazidi Fauzie memastikan akan segera memanggil manajemen RSUD Ulin Banjarmasin terkait dengan rusaknya alat radioterapi, hingga pasien harus dirujuk ke rumah sakit di luar Kalsel. “Masalah ini tetap kami tindaklanjuti,” ucap politisi PKB ini.(jejakrekam)

Penulis : Ipik Gandamana

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : PSPD FK UNLAM

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.