Masalah Petani dari Permodalan Hingga Kesulitan Pemasaran

0

KETUA HKTI Kalsel Rifqinizamy Karsayudha mengatakan, banyak permasalahan yang dihadapi petani. Ia mencontohkan, masalah hulu yang dihadapi petani adalah kelangkaan pupuk dan bibit.

“BANYAK petani sulit mendapatkan pupuk, padahal pupuk disubsidi pemerintah. Hal ini yang harus kita atasi,” katanya saat pelantikan pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kalsel periode 2017-2022, di Mahligai Pancasila, Sabtu (10/2/2018).

Selain itu, bebernya, petani juga dihadapkan pada sulitnya mendapatkan modal, khususnya dari perbankan.

“Terkait itu, HKTI Kalsel menjalin kerjasama dengan Bank Kalsel dalam rangka pinjaman permodalan bagi petani. Ada dana sekitar Rp 220 miliar,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, petani juga dihadapkan pada masalah teknologi, dan pemasaran pasca panen.

“Teknologi, kami akan bekerjasama dengan Universitas Lambung Mangkurat. Selain itu, ada rencana bangun tani mart di kabupaten/kota di Kalsel,” katanya.

Sementara itu, produksi tanaman pangan dan hortikultura Kalsel, dalam dua tahun terakhir meningkat tajam.

Peningkatan produksi padi sebesar 275.010 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau naik 12,85 persen, dari total produksi 2,1 juta ton GKG  pada tahun 2015, menjadi 2,4 juta ton GKG pada 2017.

Peningkatan produksi padi didukung dengan meningkatnya luas tanam seluas 73.649 hektare (14,48 persen) dari 508.457 hektare tahun 2015 menjadi 582.106 hektare pada 2017.

Lumbung padi Kalsel di Tapin dengan produksi 339.504 ton dengan kontribusi sebesar 14,67 persen,  kemudian Barito Kuala sebanyak 334,345 atau 14,45 persen, dan Hulu Sungai Tengah sebanyak 286,617 atau 12,39 persen.

Ketua Umum HKTI Pusat Jenderal (Purn) Moeldoko mengakui senang dengan kepengurusan HKTI Kalsel yang didominasi kalangan muda, serta dari berbagai profesi.

“Mereka siap memajukan kalangan petani. HKTI harus menjadi mitra pemerintah dalam memajukan pertanian,” katanya.

Kepala Staf Kepresidenan ini menyatakan, banyak permasalahan yang dihadapi petani, khususnya adalah keterbatasan lahan, minim permodalan, sulit pemasaran, dan tidak didukung teknologi maju.

“Sudah lahannya sempit, ditambah kondisinya yang rusak, karena penggunaan zat kimia dari pestisida yang berlebihan,” katanya.

Selain itu, bebernya, petani juga dihadapkan pada persoalan modal, yang akibatnya petani banyak berhutang dengan tengkulak.

“Petani di Indonesia juga masih menggunakan teknologi yang biasa, tanpa ada usaha memajukannya,” katanya.

Sementara, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan, tahun ini diharapkan Indonesia bisa ekspor sekitar 300 ton bawang merah.

“Tahun lalu, kita sudah ekspor sekitar 120 ton bawang merah. Ini sejarah, karena kita dikatakan hanya sering impor bawang,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, anggaran untuk pertanian juga meningkat dari Rp 800 miliar menjadi sekitar Rp 12 triliun. “Dimana, 85 persen untuk murni pertanian, sisanya untuk belanja rutin,” katanya.(jejakrekam)

Penulis : Andi Oktaviani

Editor : Andi Oktaviani

Foto : Andi Oktaviani

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/02/10/masalah-petani-dari-permodalan-hingga-kesulitan-pemasaran/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.