Belokan Jalan Hasan Basry Ditutup, Macet Makin Parah

0

REKAYASA lalu lintas yang terus berlanjut dengan menutup belokan dijalankan Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin. Ruas Jalan Brigjen H Hasan Basry yang senyawa dengan Jalan S Parman dan terakses ke Jalan Trans Kalimantan, usai belokan ditutup secara permanen dengan membangun media jalan didesain taman, malah membuat kawasan itu makin macet.

PEMERHATI perkotaan yang juga dosen Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan  Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary (Uniska MAB) Adhi Surya Said mengungkapkan insiden kecelakaan berujung maut yang menelan pengendara sepeda motor di ruas Jalan Brigjen Hasan Basry atau Kayutangi, akibat penutupan belokan itu salah satu bukti gagalnya penerapan rekayasa lalu lintas.

“Sepertinya kebijakan menutup belokan itu tidak memperhatikan pengendara sepeda motor. Padahal, ruas jalan yang ada di kawasan Kayutangi itu tak terlalu lebar. Sekarang, malah diizinkan truk-truk berbadan lebar, seperti truk molen, trailer dan kontainer lalu lalang, tanpa memperhitungkan jam yang dilarang dan diperbolehkan maupun kondisi jalan,” tutur Adhi Surya Said kepada jejakrekam.com, Kamis (1/2/2018).

Walhasil, menurut dia, terjadi penumpukan dan perebutan jalan antara pengendara roda dua dan roda empat, hingga membuat kawasan itu macet dan bahkan tidak aman lagi. “Oke, tujuan untuk menutup beberapa belokan agar akses lebih lancar. Tapi, masalahnya, antara satu belokan dengan belokan lainnya terlampau jauh di kawasan Kayutangi. Ingat, Banjarmasin bukan Jakarta, jadi tak bisa pola yang diterapkan di kota besar itu di Banjarmasin,” cetus ahli perencanaan wilayah jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Padahal, beber Adhi Surya, dalam memperhitungkan sebuah rekayasa lalu lintas adalah sisi kenyamanan, kelancaran dan keselamatan. Hal itu dikatakan Adhi Surya, harus mempertimbangkan kondisi ruas jalan yang akan direkayasa.

“Sekarang, akses Jalan Brigjen H Hasan Basry yang terkoneksi ke Jalan S Parman, atau jalan-jalan kecil seperti Jalan Adhiyaksa yang terhubung dengan Jalan Sultan Adam, truk-truk berbadan lebar bebas berkeliaran. Akhirnya, jalan makin sesak dan tak aman lagi. Mengapa? Sebab, truk-truk besar itu akan melaju dengan kecepatan tinggi,” paparnya.

Tak hanya itu, Adhi Surya juga mengungkapkan perhitungan rekayasa lalu lintas juga tak mengacu jam-jam sibuk. Sebagai bukti, pria yang akrab dipanggil Surya ini menyebut titik kumpul atau konsentrasi yang mengakibat kemacetan terasa di ruas Jalan Brigjen Hasan Basry, S Parman, hingga ke akses Jembatan Alalak menuju Jalan Trans Kalimantan. “Parahnya lagi, ruas jalan tikus seperti Jalan Adhyaksa yang berdiri kawasan perkantoran dan perguruan tinggi juga terdampak,” tuturnya.

Untuk mengatasi itu, Surya mendesak agar Pemkot Banjarmasin, khususnya Walikota Ibnu Sina mengeluarkan peraturan walikota dalam membatasi akses bagi truk-truk berbadan jumbo agar tak lagi melintas di ruas Jalan Brigjen H Hasan Basry dan Jalan S Parman.

“Aturan pembatasan jam boleh melintas juga harus ditegakkan. Nah, insiden kecelakaan seorang mahasiswi Uniska yang terlindas truk molen proyek, akibat terhalang pandangan adalah salah satu bukti kegagalan rekayasa lalu lintas selama ini. Apa mau meminta korban lagi? Baru pemangku kepentingan ini mengubah kebijakannya?” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Ahmad Husaini

Editor   : Fahriza

Foto     : Ahmad Husaini

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.