Masyarakat Adat Dayak Meratus Harus Satu Suara

0

SUARA penolakan terhadap izin eksploitasi tambang batubara di lereng Pegunungan Meratus, khususnya di Blok Batu Tangga, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), seiring terbitnya surat keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) bagi PT Mantimin Coal Mining (MCM), diingatkan masyarakat adat Dayak Meratus harus padu dan solid.

KETUA Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak Kalimantan Selatan (LMMD-KS) Dana Lumur mengajak agar masyarakat adat Dayak tetap bersatu padu dalam menyuarakan dan berjuang untuk penolakan tambang.

“Memang kami akui, terkadang dengan lemahnya sumber daya manusia (SDM) di kalangan masyarakat Dayak di Kalsel, kerap dimanfaatkan oleh oknum untuk mengadu domba dan saling menghadapkan dua kelompok masyarakat adat. Hal semacam ini tak boleh terjadi,” ucap Dana Lumur ketika dikontak jejakrekam.com, Rabu (31/1/2018) malam.

Menurut dia, dalam aksi penolakan terhadap penambangan di Pulau Laut, masyarakat adat Dayak Kalimantan Selatan sudah bulat satu suara, sehingga hal semacam ini bisa dilanjutkan dalam aksi-aksi serupa. Namun, Dana Lumur mengingatkan agar dalam berjuang tetap berada dalam koridor hukum dan tidak melakukan aksi anarkis yang justru merugikan masyarakat adat Dayak sendiri.

“Berdasar pengalaman yang ada, ketika berhadapan dengan pihak perusahaan, masyarakat adat Dayak sendiri terkadang diadu domba. Ini tak boleh lagi terjadi,” cetus Dana Lumur.

Ia mengakui warga Dayak Loksado di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) memang sempat berkomunikasi dengan warga Dayak Meratus yang ada di kawasan Batang Alai Timur dan Kabupaten HST. Dari hasil pembicaraan sementara itu, perjuangan penolakan terhadap rencana penambangan di Pegunungan Meratus ditangani masyarakat Dayak setempat, terutama dari Dewan Adat Dayak (DAD) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

“Namun, pada prinsipnya, kami mendukung apa yang dilakukan saudara-saudara kami di komunitas Dayak Meratus di HST,” tegas Dana Lumur.

Menurutnya, selama ini, aktivitas pertambangan khususnya di kawasan Pegunungan Meratus, dampaknya bukan hanya masalah lingkungan dan alam, juga mengancam tergerus bahkan hilangnya adat-istiadat masyarakat adat Dayak Meratus. “Bukan hanya hutan yang rusak, tapi juga kearifan lokal masyarakat adat Dayak Meratus terancam,” tegas Dana Lumur.

Untuk itu, dia mengajak agar seluruh elemen masyarakat adat Dayak bersatu dan menghadapi bersama. Namun, menurut Dana Lumur, dengan catatan tak boleh main hakim sendiri, termasuk dalam menggelar aksi unjuk rasa atau demonstrasi terhadap penolakan rencana penambangan di Pegunungan Meratus, Kabupaten HST.

“Selama ini, pihak perusahaan terkadang ingin untung sendiri. Makanya, dalam menghadapi setiap masalah, sangat penting adalah persatuan. Jangan sampai, kita sebagai masyarakat adat Dayak Meratus itu dipandang hanya sebelah mata,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Dokumentasi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.