Demokrasi yang Sebenarnya

0

RABU malam pekan lalu, 24 Januari 2018, Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin merayakan hari lahirnya yang ke-24.Tanggal kelahirannya sendiri sebenarnya 18 Januari.Usia hampir seperempat abad bagi sebuah LSM adalah capaian luar biasa. Selamat untuk LK3.

YANG lebih luar biasa dari sekadar menjaga kehidupan lembaga adalah capaian-capaian yang diraih lembaga itu dalam aktivitas konkretnya.Lembaga yang meletakkan fokus perhatiannya pada pengedepanan pluralisme itu telah dan terus berhasil mengembangkan dan memperluas pemaknaan pluralisme.

Banyak orang dan lembaga yang cenderung melihat isu-isu pluralisme terbatas pada soal-soal hubungan antar-agama, atau antar-etnis, namun LK3 justru mengimbuhi kepeduliannya juga terhadap soal-soal lain di luar persoalan itu.Teman-teman di LK3 tak kenal lelah menghimpun berbagai kelompok sosial berbasis non-agama dan non-etnis, untuk kemudian menyatukannya ke dalam semangat pluralisme.

Ada komunitas ibu-ibu single parents, ada komunitas ibu-ibu pengusaha UMKM, ada komunitas pemuda, dan masih banyak lagi.Tanpa terlalu banyak “kuliah” tentang pluralisme, LK3 memilih untuk langsung melakukan praktik-praktik belajar bersama, hidup dan berinteraksi dalam keragaman, mengakui perbedaan dan menghapus sekat pada saat bersamaan.Itu tentu bukan pilihan mudah, apalagi mengelolanya.Tapi LK3 mampu memperlihatkan bahwa tekad tak harus selalu diucapkan, melainkan dikerjakan.

Keistimewaan LK3 semakin sempurna ketika mereka mengintegrasikan beragam kegiatan-kegiatan itu dengan langkah-langkah pembangunan ekonomi mandiri.Pelatihan bukan semata-mata pelatihan, tetapi diorientasikan untuk mengembangkan sumber daya ekonomi.

Ada komunitas ekonomi pengrajin sasirangan, usaha catering dan penganan kecil-kecilan.Kini, bahkan mereka sudah mengelola warung pizza “Rukun”.Hasilnya bukan saja bisa langsung dirasakan anggota komunitas, tetapi juga bisa dikelola lebih lanjut untuk mengorganisasikan kegiatan-kegiatan lembaga.

Tak heran, di tengah-tengah menurunnya aktivitas lembaga donor untuk membantu kehidupan lembaga swadaya masyarakat di Indonesia, LK3 mampu terus bertahan melalui pendanaan swadaya.Lebih dari itu, hasil kerjanya yang benar-benar konkret bagi komunitas-komunitas yang menjadi mitranya, telah membangun semangat gotong royong yang sangat tangguh dan bisa diandalkan.

Ketika LK3 menghadapi musibah kebakaran kantor, secara perlahan namun pasti, terkumpul dana gotong royong dan sumbangan berbagai pihak untuk pembangunan kembali kantor sekretariat LK3 yang pantas.

Melihat itu semua sebagai suatu rangkaian aktivitas kehidupan sosial, sesungguhnya LK3 tengah dan telah membangun kehidupan demokrasi yang sejati, demokrasi yang substansial. Interaksi berbagai komunitas tanpa sekat, semangat kebersamaan, semangat saling menghormati, semangat saling mendukung, semangat mengembangkan kehidupan ekonomi yang sehat dan mandiri, adalah indikator-indikator yang tak diragukan lagi sebagai penanda tumbuhnya kehidupan demokratis yang hakiki, kehidupan politik yang jauh dari perebutan kepentingan yang sempit dan dangkal.

LK3 membuktikan dengan jelas bahwa “politik”, jika dikerjakan dengan benar dan tulus, adalah kegiatan normal kemasyarakatan yang bermanfaat, bukan sesuatu yang kotor dan jahat. Semua itu, didorong oleh satu semangat: menjadikan LK3 sebagai milik publik.

Maka, di tengah-tengah pesimisme dan kekhawatiran orang terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia, apa yang dilakukan LK3 justru bisa dilihat sebagai sebuah kekecualian, yaitu bahwa demokrasi bisa tumbuh dan berkembang, dan membawa manfaat nyata. Syaratnya: menjadikan demokrasi sebagai milik publik. Selamat ulang tahun, LK3. Maju terus!(jejakrekam)

Penulis : Willy Purna Samadhi

Peneliti Isu Demokrasi, tinggal di Yogyakarta

[email protected]

0821-98523592

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.