Kisah Patih Muhur dan Bumi Hangus Istana Mantri Banjar

0

DESA Patih Muhur yang sempat menghebohkan publik dengan penemuan batang kayu ulin raksasa, kembali menarik perhatian Gubernur Kalimantan Selatan H HSahbirin Noor. Nama desa yang terletak di Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala ini diambil dari tokoh legendaris Serapat, yakni Patih Muhur yang merupakan salah satu pendukung utama Sultan Suriansyah, dalam pendirian Kerajaan Banjar.

SITUS bersejarah ini pun disambangi Paman Birin-sapaan akrab Gubernur Kalsel ini, dalam aksi turun desa (turdes) didampingi Danrem 101/Antasari Kolonel Inf Yudianto Putrajaya, Kepala Dinas Sosial Provinsi Kalsel Adi Santoso serta Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Muhammad Muslim bertemu dengan warga Desa Patih Muhur dalam menyerap aspirasi. Ketertarikan orang nomor satu di Banua adalah masih terjaganya tiang-tiang ulin berdiamater raksasa hingga 150 meter.

“Memang di kawasan ini terasa keanehannya. Sebab, kayu ulin berdiameter raksasa ini seperti adalah sisa-sia tiang bangunan. Ini terlihat ada sekitar 10 batang yang masih berdiri utuh, dan sebagian lagi rebah. Ya, semua ini akibat bumi hangus yang dimainkan Patih Muhur sewaktu Perang Banjar,” tutur Paman Birin kepada wartawan, Sabtu (20/1/2018).

Dia mengatakan situs bersejarah cikal bakal Kerajaan Banjar ini harus tetap dijaga keaslian dan keutuhannya. Menuut Paman Birin, untuk membersihkan dan menjaga kawasan itu, nantinya Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan harus turun tangan di kawasan. “Saya berharap kawasan ini tetap dijaga keasliannya,” ucap Ketua DPD Partai Golkar Kalsel ini.

Kehadiran Paman Birin ke Desa Patih Muhur, termasuk mengunjungi situs peninggalan tempo dulu disambut hangat Camat Anjir Muara, Jaya Hidayatullah.  Dia pun menyambut positif rencana Gubernur Kalsel untuk melestarikan situs bersejarah, termasuk meningkatkan infrastruktur Desa Patih Muhur sebagai salah satu destinasi wisata bersejarah nantinya.

Siapa Patih Muhur? Dari lembaran sejarah Banjar, khususnya Hikayat Banjar yang ditulis sejarawan Belanda, Johannes Jacobus ‘Hans’ Ras, mengungkapkan bahwa Patih Muhur termasuk dari lima patih yang mengangkat Pangeran Samudera menjadi Raja Bandarmasih yang kemudian ditahbiskan menjadi Kesultanan Banjar bercorak Islam.

Sebagai tokoh awal Kerajaan Banjar, Patih Muhur pun diangkat Sultan Banjar Suriansyah menjabat Mantri Ampat, bersama Patih Balit, Patih Balitung serta Patih Kuin, untuk mendampingi Patih Masih sebagai Mangkubumi Kerajaan Banjar.

Menjabat Mantri Kesultanan Banjar, Patih Muhur yang merupakan pemimpin Dayak Bakumpai ini juga bertindak sebagai hakim. Bahkan, dalam sebuah sidang yang digelar para mantra, Patih Muhur termasuk yang menyarankan meminta bantuan Kesultanan Demak di Jawa di era Sultan Trenggana mengirim pasukan melawan Pangeran Tumenggung dari Kerajaan Negara Daha. Misi militer pun diterjunkan Kesultanan Demak, hingga akhirnya kongsi Bandarmasih berhasil mengalahkan Kerajaan Negara Daha.

Dari berbagai literatur disebutkan, hubungan Patih Muhur dengan Sultan Suriansyah pun bukan hanya sekadar sahabat atau teman seperjuangan, namun juga menjai seteru. Itu ketika Pangeran Samudera hendak menikahi adik perempuan Patih Muhur. Dari sini,  Hubungan panas dingin Patih Muhur dengan Sultan Suriansyah pun terjadi dan renggang.

Ketika syarat pernikahan yang diajukan Patih Muhur, ternyata dilanggar Sultan Suriansyah. Patih Muhur menegaskan boleh menikahi adiknya, namun syaratnya sang adik tetap diperbolehkan memeluk agama leluhur (Kaharingan).  Rupanya, Sultan Suriansyah tetap mengislamkan calon istrinya.

Akibatnya, Patih Muhur pun berang. Dia kemudian menculik adiknya. Nah, pertempuran antara dua sahabat ini tak terelakkan. Dalam menghadapi serbuan pasukan Kesultanan Banjar, Patih Muhur pun memilih mundur ke Pulau Petak, Kapuas (kini Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah).

Sebelum meninggalkan desanya, Patih Muhur memerintahkan pasukannya untuk membumihanguskan istana serta tempat tinggalnya, sebelu diserbu pasukan Sultan Suriansyah. Hingga kini, tersisa beberapa kayu ulin berukuran besar. Kini, Desa Patih Muhur yang bisa terakses di Jalan Trans Kalimantan Km 19 dari arah Banjarmasin di Kecamatan Anjir Muara, dan kemudian melalui jalan desa berjarak 7 kilometer memakan waktu sekitar 30 menit. Dari ini, bisa disaksikan sisa-sisa puing bekas Istana Patih Muhur dan perkampungan penduduk desa ketika itu.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Istimewa

 

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/01/22/kisah-patih-muhur-dan-bumi-hangus-istana-mantri-banjar/,Patih muhur,kayu Ulin patih muhur,kisah patih ampat kal sel,makam patih muhur,ulin timbul di Banjar

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.