Usai Tata Sungai Bilu, Tahun Ini Giliran Kampung Melayu

0

WALIKOTA Ibnu Sina memastikan dalam program pembangunan Kota Banjarmasin pada 2018 akan terpusat dalam penataan sungai sebagai urat nadi kehidupan kota. Apalagi, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini sudah berumur sangat tua mencapai 491 tahun pada perayaan hari jadinya pada 24 September 2017 lalu, sehingga menjadi tantangan keras untuk mengembalikan kembali fungsi sungai.

“DARI discover atau peta wilayah Banjarmasin, hampir 75 persen dari luas wilayah mencapai 98,46 meter per segi telah berpenghuni. Kota ini juga sangat bersejarah dan telah berumur 491 tahun, sehingga menjadi Walikota Banjarmasin adalah tugas berat untuk mengembalikan kota ini yang dulunya kota sungai. Sekarang, terlihat kota ini sudah menjelma menjadi kota seribu ruko,” ucap Walikota Ibnu Sina saat memberi kata sambutan dalam pembukaan latihan kader II Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Aula Kayuh Baimbai, Balai Kota Banjarmasin, Sabtu (13/1/2018).

Mantan anggota DPRD Kalsel ini mengaku sudah berkeliling ke beberapa negara untuk membandingkan kondisi sungainya. Dari studi komparasi itu, ternyata Banjarmasin yang memiliki banyak sungai justru tak kalah indah dengan negara lain. “Hanya saja, sungai yang ada di Banjarmasin memang masih kotor,” kata Ibnu Sina.

Secara jujur, mantan Ketua DPW PKS Kalsel ini mengatakan Banjarmasin dari segi luas wilayah tergolong kecil dan dulunya dikenal dengan sebutan Kota Bandar, karena menjadi kota pelabuhan bagi orang-orang Melayu. “Problem yang dihadapi kota ini juga kondisinya yang berada di bawah permukaan laut sekitar 16 centimeter. Tapi, kalau dilihat dari peta Nusantara, Banjarmasin persis berada di tengah-tengah. Jadi, kalau dari Aceh maupun Papua ke Kota Banjarmasin, jaraknya pun hampir sama,” papar Ibnu Sina.

Jadi, menurut dia, wajar jika nantinya ada wacana pemindahan ibukota negara Republik Indonesia ke Kalimantan, karena pulau ini lepas dari bencana gempa. “Termasuk, gempa politik nasional,” seloroh Ibnu Sina, yang disambut aplaus peserta pelatihan kader HMI.

Menurut dia, Banjarmasin juga tak pernah banjir karena yang ada hanya calap atau air tergenang. Walaupun, kata Ibnu Sina, Banjarmasin berada di bawah permukaan laut, tetapi daya tahan kota yang pernah jadi ibukota Borneo ini justru bisa bertahan dengan seribu sungainya.

“Ini terbukti, ketika air banjir dari hulu, maka Sungai Barito, Sungai Martapura dan Sungai Alalak yang menampungnya,” kata Ibnu Sina.

Untuk itu, mantan aktivis HMI ini memastikan sesuai visi-misi Banjarmasin sebagai kota Sungai yang terindah di Indonesia dan menjadi pintu gerbang ekonomi Kalimantan 2025, maka pusat pembangunan akan diarahkan ke sungai.

“Kita ingin membuktikan bahwa Banjarmasin tak lepas dari kehidupan sungai sebagai urat nadi kota. Ini merupakan cita-cita bersama, walaupun banyak pihak yang memprotes,” katanya.

Demi mewujudkan Banjarmasin sebagai pintu gerbang ekonomi Kalimantan, Ibnu Sina pun merujuk dengan kepadatan bongkar muat yang terjadi di Pelabuhan Trisakti, sehingga menjadi pelabuhan terpadat kedua di Indonesia, setelah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

“Barang yang ada di Banjarmasin juga didistribusikan ke Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Tak hanya pelabuhan yang terpadat, Banjarmasin juga punya Pasar Tanah Abang-nya Banjarmasin, yakni Pasar Sudimampir,” tuturnya.

Demi mewujudkan visi-misi kota yang berbasis sungai, Ibnu Sina pun memastikan pada tahun 2018, anggaran untuk pembenahan sungai baik sedang dan kecil jauh lebih besar daripada tahun anggaran 2017.

“Saat ini, ada tiga sungai besar, 45 sungai sedang dan 54 sungai kecil yang ada di Banjarmasin. Jadi total sungai yang harus dibenahi dan dikembangkan mencapai 102 sungai. Tak hanya sungai, Banjarmasin juga akan didorong untuk maju dalam bidang pariwisata sungai, sehingga nantinya kota ini menjadi kota destinasi sungai,” tegas Ibnu Sina.

Sebagai acuan, jebolan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini mengungkapkan indikator pengembangan wisata susur sungai bisa terlibat. “Pada 2017, wisata susur sungai ini sudah berdampak bagi perekonomian masyarakat. Ini bisa dirasakan para pemilik klotok di akhir pekan. Ada 35 klotok yang beroperasi dan para turis pun jika tidak memesan seminggu sebelumnya, maka hampir bisa dipastikan tak dapat mencarter,” tuturnya.

Untuk bukti, Walikota Ibnu Sina pun membeber wisatawan susur sungai yang diminati selama 2017, tercatat sebanyak 550 ribu karcis telah terjual. “Ini hampir sama dengan dengan jumlah penduduk Banjarmasin. Kalau dikalikan ongkosnya Rp 5 ribu, berarti pendapatan yang didapat mencapai Rp  4 miliar,” paparnya.

Agar wisata susur sungai makin menarik, Ibnu Sina mengatakan kawasan bantaran sungai akan terus dipoles, seperti di kawasan Kampung Hijau Sungai Bilu yang dulunya beranda rumah di belakang sungai, kini menghadap ke Sungai Martapura.

“Kami juga buatkan siring beton. Rumah-rumah juga dicat warna hijau. Jadi, nantinya sungai menjadi garda terdepan Kota Banjarmasin. Bukan hanya rumah warga Sungai Bilu yang sudah 100 persen menghadapke Sungai Martapura. Tahun ini, penataan sungai akan dilanjutkan ke Kampung Melayu hingga ke Kampung Sasirangan,” pungkas Ibnu Sina.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Asyikin

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.