Distribusi Daging Ayam Panjang Picu Inflasi Kalteng

0

PANJANGNYA mata rantai dari peternak ayam sampai ke pedagang di pasar, menjadi penyebab daging ayam potong menjadi indeks barang komoditas pendorong inflasi.

TERUTAMA ketika memasuki hari besar keagamaan. Apalagi hingga saat ini,  Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalteng, belum bisa memetakan dengan baik jalur distrbusi ayam di tingkat broker. Hal it berdampak sampai ke tangan konsumen, sehingga harga cukup tinggi ketika apalagi jika masuk pada hari keagamaan.

Hal itu dikatakan Deputi Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalteng Bidang Ekonomi Moneter, Setian saat menyampaikan rilis bulanan di ruang sekretariat Pemprov Kalteng, Palangka Raya, Rabu (3/1/2018).

Menurut Setian, keberadaan pasar penyeimbang setidaknya dapat berperan menekan agar bisa memotong jalur distribusi tersebut. Pasalnya, stok ayam di pasar penyeimbang tidak hanya berasal dari kandang penyangga..Tetapi juga dari peternak ayam dengan cara menjalin kerjasama dengan peternak ayam.

“Harapan kita ketika dijual di pasar penyeimbang, dapat memotong jalur distribusi yang lebih pendek, agar harga komoditas sampai ke masyarakat lebih rendah,” ujarnya.

Tak hanya itu, menurut Setian lagi, peran Satgas Pangan dinilai cukup efektif untuk menekan harga daging potong ayam, sehingga meskipun terjadi kenaikan harga. Seperti pada tahun lalu, tidak melebihi harga Rp 40 ribu per kilogram.

Memang kata dia, jalur distribusi menjadi kendala untuk menekan terjadinya harga ayam potong. Tetapi, TPID telah melakukan upaya dengan cara memetakan dan membenahi secara bertahap untuk memotong jalur distribusi

“Karena di sini banyak pihak yang berkepentingan. Ketika kita memotong jalur distribusi, pasti pedagang broker dan eceran kena impeknya. Parahnya akan mematikan sumber penghasilan mereka. Makanya harus dilakukan secara bertahap,” bebernya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Budidaya Ternak, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kalteng, Faturahman. Menurutnya, panjangya mata rantai pemasaran yang membuat selisih harga ayam berbeda cukup jauh.”Kenapa harga ayam sering melonjak tajam ketika memasuki hari keagaaman, karena banyak yang menggantungkan hidup dari sana,” ujarnya.

Selain itu ditambahkannya, seperti pemotong, distributor maupun broker dan pengecer. Contohnya saja, saat harga ayam di pasaran sudah mencapai Rp 35 ribu tapi sebenarnya di kandang masih Rp 25 ribu.(jejakrekam)

Penulis : Tiva

Editor   : Fahriza

Foto     : Tiva

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.