Dampingi Haris, 7 Nama Sekretaris NU Kalsel Digodok

0

TERPILIH sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalsel, kini Abdul Haris Makkie tengah melakukan konsolidasi. Pasca Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Kalsel pada 22-24 Desember 2017 lalu, PWNU Kalsel tengah menggodok figur yang akan mendampingi Haris Makkie menduduki posisi sekretaris wilayah.

MANTAN Ketua PWNU Kalsel HM Syarbani Haira mengakui ada beberapa persyaratan telah digodok untuk menjaring nama sekretaris wilayah, pendamping Abdul Haris Makkie.

“Persyaratan sekretaris adalah tentu harus bisa menggerakkan roda organisasi. Makanya, bagi yang ingin menjadi sekretaris PWNU Kalsel, harus punya kemauan dan kemampuan untuk memanajemen organisasi. Jika dia tak bisa ke kantor tiap hari, maka harus menyiapkan staf yang mengurusi surat-menyurat di PWNU Kalsel,” ucap HM Syarbani Haira kepada jejakrekam.com, Senin (1/1/2018).

Ia menegaskan syarat sekretaris wilayah pada umumnya adalah berlatar belakang NU, warga Nahdiliyin yang punya ideologis yang sejalan serta siap menjadi pengurus harian.

“Memang, saat ini penggodokan belum final. Sebab, PBNU masih memberi kesempatan untuk membentuk kepengurusan PWNU Kalsel. Ya, kalau dihitung masih fifty-fifty,” bebernya.

Syarbani yang kini akan duduk di posisi Syuriah PWNU Kalsel mengakui sedikitnya ada 7 nama yang tengah diinventarisir. Namun, menurut dia, dari 7 nama bisa mengerucut menjadi dua nama yang paling berpotensi mendampingi Haris Makkie.

“Yang pasti, para pengurus PWNU Kalsel akan disodori fakta integritas. Jadi, yang ingin jadi pengurus akan punya dua pilihan, berminat atau tidak. Begitupula, sekretaris wilayah,” ucap Syarbani.

Pengelola Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (UNUKASE) mengakui titik lemah di ormas Islam dari hasil evaluasi terletak pada posisi syuriah. Dengan mempertimbangkan Rais Syuriah NU Kalsel terpilih, KH Muhammad Ramli yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), maka ke depan posisi para penasihat ormas Islam yang diisi para ulama ini harus optimal.

“Makanya, posisi wakil rais dan katib syuriah juga penting. Bagaimana pun, kita harus belajar dari aktifnya PBNU dengan sosok kepemimpinan Rais Aam KH Ma’ruf Amin. Apalagi, posisi syuriah sangat menentukan kebijakan organisasi,” tuturnya.

Menyikapi tahun 2018 dan 2019 merupakan tahun politik, Syarbani kembali menegaskan agar aturan yang berlaku di NU harus tetap jadi pegangan, sebagai ormas Islam yang netral. “Posisi NU berdasar aturan adalah negarawan. Jadi, jika aturan itu dipegang, tentu NU tak akan dibawa ke politik praktis. Insya Allah, apa yang diinginkan para pendiri NU sebagai ormas Islam akan berjalan optimal,” ucap mantan dosen UIN Antasari Banjarmasin ini.

Sebelumnya, Ketua PWNU Kalsel terpilih, Abdul Haris Makkie pun memastikan akan segera melakukan konsolidasi dan rekonsilisasi pasca Konferwil NU Kalsel.

Sekdaprov Kalsel ini berharap agar ormas Islam ini tetap utuh dan satu, walau saat Konferwil NU Kalsel sempat terjadi friksi tajam akibat pilihan politik. “Mari kita kedepankan kepentingan umat yang lebih besar. Saya akan mengajak para kandidat dan pendukungnya untuk kembali bersama-sama membesarkan NU,” ucap putra almarhum Ketua MUI Kalsel, H Ahmad Makkie.

Dalam masa khidmat 2018-2023, Haris Makkie pun memastikan akan membangun NU lebih baik lagi yang terpusat aktivitas di Gedung Dakwah NU, Jalan Achmad Yani Km 12,5 Gambut, Kabupaten Banjar.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Dokumentasi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.