Ba’ayun Maulid Masjid Sultan Suriansyah Diikuti 1.070 Warga

0

TRADISI Ba’ayun Maulid yang lekat dengan kultur Banjar kembali dihelat di halaman Masjid Sultan Suriansyah, Jalan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Minggu (10/12/2017). Menariknya, di masjid tertua di Kalimantan Selatan ini, banyak diikuti dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa, termasuk mantan Walikota Banjarmasin H Muhidin.

DENGAN membaur bersama masyarakat Banjarmasin, Muhidin yang kini Ketua DPW PAN Kalimantan Selatan ini turut larut mengikuti tradisi Ba’ayun Maulid untuk memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

Tradisi ba’ayun ini merupakan akulturasi dari budaya Banjar dengan sentuhan Islam dan Dayak, yang ketika itu agama disyiarkan secara massif para penghulu Kesultanan Banjar, khususnya di era Khatib Dayan dan penerusnya.

Dari berbagai literatur sejarah Banjar, ketika Sultan Suriansyah, Raja Banjar pertama mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada 24 September 1526, seiring itu pula dinul yang dibawa Rasulullah SAW ini menyebar di daerah aliran sungai Barito dan pedalaman Kalsel dan Kalteng.

Sejarawan HA Gazali Usman pun mencatat tradisi ba’ayun merupakan warisan leluhur Dayak yang beragama Kaharingan, yang kemudian dimodifikasi dengan sentuhan nilai-nilai keislaman, seperti pembacaan ayat-ayat suci Alqur’an, syair maulid dan doa-doa keselamatan dari khazanah Islam. Semula, tradisi Ba’ayun Maulid berawal dari Desa Banua Halat, Kecamatan Tapin Utara, dan yang kemudian berkembang hingga seantero Kalimantan Selatan.

Nah, tradisi ini dianggap sebagai penanda konversi agama orang-orang Dayak yang mendiami Banua Halat dan daerah sekitarnya, yang semula beragama Kaharingan kemudian memeluk agama Islam. Karena itu, upacara baayun anak mempunyai kaitan yang kuat dengan sejarah masuknya Islam di Banua Banjar.

Upacara ini dilakukan dalam masjid, terutama ruang utama yang dibuat ayunan membentang pada tiang-tiang ayunan dengan tiga lapis kain. Tiga lapis kain ini terdiri dari kain sarigading (sasirangan), lapisan tengah kain kuning (kain belacu yang diberi warna kuning dari sari kunyit), dan lapisan bawah memakai kain bahalai atau kain panjang tanpa sambungan jahitan.

Kemudian, pada bagian tali ayunan diberi hiasan berupa anyaman janur berbentuk burung-burungan, ular-ularan, katupat bangsur, halilipan, kambang sarai, rantai, hiasan-hiasan mengunakan buah-buahan atau kue tradisional seperti cucur, cincin, kue gelang, pisang, kelapa, dan lain-lain.

Menariknya, tradisi Ba’ayun Maulid di Masjid Sultan Suriansyah ini pun diikuti sebanyak 1.070 orang dari berbagai daerah di Banjarmasin dan Martapura. “Saya hampir tiap tahun mengikuti tradisi Ba’ayun Maulid. Kemudian, berinfak sekadarnya kepada panitia, karena panitia hanya menyiapkan tiang tali ayunan,” ucap Antung Aulia, warga Martapura ini kepada jejakrekam.com, Minggu (10/12/2017).

Sementara itu, tokoh agama dan masyarakat Kuin, Guru Yasin mengingatkan agar umat Islam terus memperkuat iman dan takwa serta meneladani sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW.

“Terpenting adalah para orangtua lebih ketat mengawasi anak-anak mereka. Sebab, saat ini ancaman kenakalan remaja hingga narkoba sudah sangat memprihatinkan. Marilah, kita sama-sama meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, dan bisa menjaga keluarga dan anak-anak kita agar tak terjerumus pada kemaksiatan,” ucap ulama yang juga keturunan Khatib Dayan, dalam tausyiahnya.

Senada itu, Ketua Pengurus Masjid Sultan Suriansyah, H Muhidin mengungkapkan kegiatan Ba’ayun Maulid ini digelar tiap tahun. Kali ini, diikuti 1.070 orang dengan peserta termuda bayi baru berumur 2 minggu, dan tertua nenek berusia 83 tahun. “Melalui acara ini, kita semua berharap berkah dari Allah SWT, serta bisa meniru jejak kehidupan Nabi Muhammad SAW,” ucap mantan Walikota Banjarmasin ni.

Kegiatan ba’ayun massal ini pun penuh berkah, sejak dibuka pukul 08.00 hingga 13.00 Wita, kemeriahan sekaligus kekhidmatan sangat terasa, karena ribuan masyarakat berbagai penjuru hadir dan memadati halaman Masjid Sultan Suriansyah hingga meluber ke jalan dan dermaga masjid bersejarah itu.(jejakrekam)

Penulis : Sirajuddin/Ipik Gandamana

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Sirajuddin

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.