Hujan Sebentar, ‘Calap’ Sudah Merata Dimana-mana

0

HAMPIR semua area perkantoran, jalan raya hingga pasar yang ada di Banjarmasin diserbu air alias calap dalam bahasa Banjar, usai diguyur hujan pada Selasa (5/12/2017) dinihari. Kondisi ini makin parah, akibat diduga sistem drainase yang cukup massif dibangun di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan tak berfungsi optimal.

PENGAMAT perkotaan, Nanda Febryan Pratama mengungkapkan kondisi tahunan ini sepatutnya sudah disikapi Pemkot Banjarmasin selaku empunya kota untuk lebih tanggap dengan perubahan ekosistem alam dan pendangkalan serta penyempitan sungai-sungai kecil yang ada sebagai saluran air alami menuju sungai besar seperti Sungai Martapura dan Sungai Barito.

“Data yang bisa dikutip dari hasil riset, termasuk data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) sudah mencatat rata-rata curah hujan di Banjarmasin terbilang tinggi dengan intensitasnya mencapai 14 hari dalam satu bulan. Kondisi ini makin diperparah, ketika daerah tangkapan air (catchment area) yang ada di Banjarmasin terus berkurang,”ucap Nanda Febryan Pratama kepada jejakrekam.com, Selasa (5/12/2017).

Planolog jebolan Universitas Brawijaya (UB) Malang ini mengungkapkan dari luas Banjarmasin mencapai 98 kilometer per segi (km2), tersisa hanya 70 hektare untuk kawasan permukiman yang kebanyakan berada di daerah rawa atau daerah serapan air. “Ini belum lagi, perubahan daerah tangkapan air menjadi kawasan permukiman serta perumahan yang sudah menjamahnya,” beber Nanda.

Tak hanya itu, Ketua DPP Ikatan Nasional Tenaga Ahli Indonesia (Intakindo) Kalimantan Selatan ini melihat pola pembangunan ala betonisasi, seperti halaman ruko yang lebih tinggi dari badan jalan, pengurukan, hingga tak ramahnya bangunan yang berdiri di atas rawa turut mempersempit daerah tangkapan air.

“Seharusnya, ketika curah hujan cukup tinggi di Banjarmasin sudah diantisipasi pemerintah kota dengan membatasi pemanfaatan daerah tangkapan air beralih fungsi,” ucap Nanda.

Walhasil, kini banjir tak hanya dinikmati kawasan pelosok kota Banjarmasin, ketika curah hujan tinggi hingga menaiknya debit air sungai, tapi juga telah merambah pusat-pusat kota, khususnya perkantoran, pasar dan pusat keramaian publik.

Hal ini juga dirasakan para pedagang di Pasar Sudimampir dan Pasar Cempaka. Anang, salah satu pedagang di Pasar Cempaka Indah Banjarmasin mengakui tiap turun hujan deras, maka ruas Jalan Niaga pun banjir hingga meluap ke area toko.

“Kami melihat justru fungsi drainase yang mengalir ke Sungai Martapura tak optimal. Buktinya, air sangat lambat surut, hingga mengenang pertokoan,” kata Anang.

Para pedagang pun terpaksa memasang peninggi dari kursi kayu untuk menghindari ‘calap’. Kondisi ini pun sudah lama dirasakan para pedagang dan pengujung pasar-pasar tradisional yang ada di Banjarmasin.

Sementara itu, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina dalam status medsosnya mengungkapkan akan segera mencarikan solusi jangka pendek dan panjang dalam mengatasi ‘kecalapan’ yang melanda ibukota Kalimantan Selatan ini.

“Para camat dan lurah juga sudah turun ke lokasi ‘calap’ masing-masing daerah, sehingga bisa dicarikan solusi jangka pendek dan panjangnya,” tulis Ibnu Sina, dalam hastag #Salam Baiman.(jejakrekam)

Penulis  : Sirajuddin/Didi GS

Editor    : Didi GS

Foto       : Iman Satria

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.