Tiru Finlandia, Nantinya Hutan Kalsel Bisa Dikelola Warga

0

SIKAP ramah lingkungan dan peduli dengan hutan yang diterapkan negara Finlandia, dijadikan contoh bagi Pemprov Kalimantan Selatan dalam mengelola sabuk hijau yang mengelilingi Pegunungan Meratus.  

BANDINGKAN, Finlandia mampu merawat hutannya. Dari luas negara itu masih didominasi 80 persen hutan, sisanya 20 persen jadi kawasan permukiman.  Negara Nordik di Eropa Utara yang beribukotakan Helsinki dengan jumlah penduduk 5,495 juta jiwa (2016), 60 persen adalah pengelola hutan atau menjadi milik masyarakat.

Bak bumi dan langit, saat ini hampir seluruh kawasan hutan di Indonesia seluruhnya dikelola pemerintah. “Di negara kami, tidak ada pencurian kayu, pembalakan liar atau kebakaran hutan dan lahan. Sebab, mereka menjaga hutan yang menjadi milik mereka dan sebagian besar diwariskan dari para pendahulunya. Hutan adalah hidup kami, tak mungkin kami merusaknya,” ucap warga Finlandia, Mrs Eija yang sengaja datang ke Kalsel, Selasa (21/11/2017) untuk berbagi ilmu.

Dosen di salah satu universitas di Finlandia ini mengungkapkan sejak dini, warga negaranya sudah diajarkan dari generasi ke generasi untuk memelihara hutan dan memanfaatkan hutan, sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi para pemilik hutan.

“Dalam lima tahun, hanya ada lima kasus perusakan hutan. Namun, kami cepat menanganinya, dengan menanam kembali pohon untuk ditinggalkan bagi generasi Finlandia. Ya, seperti saya yang mendapat warisan hutan, maka saya jaga untuk diteruskan generasi seterusnya,” tutur Eija.

Belajar dari kearifan lokal Finlandia, sebanyak 25 mahasiswa dari berbagai strata pendidikan S1, S2 dan S3 dikirim Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel untuk belajar ke negara anggota Uni Eropa tersebut. Mereka nantinya akan belajar tata kelola selama setahun dan akan dibiayai APBD Kalsel lewat pola beasiswa sebesar Rp 5 miliar.

“Sebelumnya, kami sudah melakukan studi banding ke Finlandia. Memang, tata kelola hutan di negara ini salah satu terbaik di dunia. Di sana, tak ada istilah illegal logging, karena hutan benar-benar dikelola masyarakat dengan bijak,” tutur Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Nur Hanif Faisol.

Ia yakin pola tata kelola hutan yang diterapkan Finlandia bisa dicontoh di Kalsel, sehingga bisa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.  “Walau berbeda iklim, hutan Finlandia adalah hutan subtropis dengan pertumbuhan pohon o,05 centimeter per tahun atau untuk tumbuh setinggi 20 centimeter butuh waktu 100 tahun. Makanya, pohon di negara itu lebih lama tumbuh dibanding di Indonesia yang bisa mencapai 20 centimeter hanya dalam beberapa bulan,” ucapnya.

Nah, keunggulan hutan Kalsel yang lebih cepat pertumbuhan pohonnya, diakui Hanif bisa diterapkan konsep pengelolaan hutan dari hulu ke hilir atau arah pemasaran sangat matang. “Di Finlandia memang ada kesepakatan ke mana pohon itu akan dijual berdasar kesepakatan dengan industri. Apalagi di negara ini, ada forest academy atau semacam kelompok masyarakat  yang digagas komunitas industri dalam pemenuhan bahan baku kayu. Kepentingan sosial yang tinggi itu, akhirnya tiap tahun mereka menggelar rapat dengan pemangku kepentingan dalam pemanfaatan hutan,” beber Hanif.

Sedangkan di Kalsel, Hanif mengungkapkan ada 1,7 juta hektare yang harus dikelola, termasuk di dalamnya ada 640 ribu lahan kritis yang jadi pekerjaan rumah untuk segera dientaskan lewat program revoluasi hijau dan kemitraan. “Seperti di Finlandia, ke depan, harapannya Kalsel, seluruh hutan akan dikelola masyarakat,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis : Wan Marley

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Dokumentasi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.