Surat Wasiat Sultan Adam dan Regalia Kesultanan Banjar

0

SULTAN Hidayatullah Halil illah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman yang dikenal dengan Pangeran Hidayatullah atau Hidayatullah II, lahir di Kota Martapura pada 1822 dan wafat dalam masa pembuangan oleh kolonial Belanda di Cianjur, Jawa Barat pada 24 November 1904 dalam umur 82 tahun.

SOSOK sang penguasa Kesultanan Banjar ini menyabet anugerah Bintang Mahaputera Utama dari pemerintah Republik Indonesia pada 1999. Dari surat wasiat Raja Banjar ke-18, dari garis lurus Sultan Suriansyah (raja pertama), Sultan Adam Al Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1825-1857) mewasiatkan bahwa Pangeran Hidayatullah berhak duduk di takhta Kerajaan Banjar. Namun, Hindia Belanda mencampuri suksesi Kesultanan Banjar, hingga Pangeran Tamjidullah II diangkat sebagai Sultan Banjar dan memilih beribunegeri di Banjarmasin.

Padahal, berdasar surat wasiat Sultan Adam, justru Pangeran Hidayatullah yang sejatinya naik takhta menggantikan sang kakek. Dari suksesi yang diintervensi Hindia Belanda, memicu Perang Banjar dan melebar hingga ke kawasan Barito, Kalimantan Tengah dari 1859-1905. Sedangkan, versi dokumen Belanda hanya berkecamuk pada  1859-1863.

Nah, misteri surat wasiat Sultan Adam yang asli hingga kini belum diketahui keberadaan. Meski, beberapa sejarawan mencatat surat bertuliskan Arab Melayu itu disimpan rapi oleh keturunan sang sultan. Yang beredar di dunia maya dan buku-buku pun hanya sebuah salinan surat wasiat yang dibuat pada hari Isnain (Senin) tertanggal 12 Safar 1259 Hijriyah.

Dari sini, hak regalia Kesultanan Banjar sepenuhnya berada di genggaman Pangeran Hidayatullah sebagai penerus kerajaan yang dibangun Sultan Suriansyah di Tanah Kuin itu, hingga berpindah ke Kayutangi dan Martapura.

Lantas seperti apa bentuk asli surat wasiat Sultan Adam tersebut?  Publik tentu ingin mengetahuinya. Apalagi, kabarnya surat wasiat itu dibawa serta keluarga besar Pangeran Hidayatullah ketika dibuang Belanda di daerah pengasingan di Cianjur, Jawa Barat. Surat itu dijaga turun temurun keturunan Pangeran Hidayatullah agar tetap menjadi benda yang sakral dan bernilai sejarah yang tinggi.

Ada rencana dari  pihak keluarga keturunan Pangeran Hidayatullah akan membuka dan memperlihatkan surat wasit yang asli lengkap dengan stempel dan tanda tangan Sultan Adam. Rencana tersebut akan digelar dalam haul ke-113 Pangeran Hidayatullah pada 25 November 2017 mendatang.

Tak hanya surat ‘sakti’ yang menjadi legitimasi bagi Pangeran Hidayatullah sebagai pewaris yang sah Kesultanan Banjar, benda keramat lainnya seperti Keris Abu Gagang yang diturunkan dari Sultan Suriansyah sampai ke Pangeran Hidayatullah, dan stempel dari batu milik Pangeran Hidayatullah akan dipamerkan ke publik.

“Benda-benda sakral ini masih kami simpan dan kami jaga. Ini bagian dari sejarah yang tidak boleh hilang. Rencananya itu nanti kami buka saat haul,” ujar Pangeran Johan Rangga, keturunan Pangeran Hidayatullah ke-4 saat berada di Martapura, Minggu (12/11/2017).

Menurut Johan, pihaknya sengaja tidak meletakkan benda-benda pusaka tersebut di museum. Sebab, menurut dia, dikhawatirkan hilang atau sebagainya. Ia menyebut, selama ini masyarakat luas hanya melihat replika dari benda-benda pusaka tersebut. “Ya, memang, foto-foto yang beredar baik di internet atau media lainnya hanya berbentuk replika,” ucap Johan.

Pria yang akrap disapa Bonang ini menambahkan, pada pelaksanaan haul ke-113 Pangeran Hidayatullah, keluarga besar akan mengirim undangan kepada beberapa kepala daerah seperti  Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina, dan Bupati Banjar KH Khalilurrahman.

“Haul ini sebagai ajang silaturahmi sekaligu mengetahui, bahwa dulu Kalimantan adalah sebuah kerajaan disatukan republik, dalam republik ada gubernur. Harapan kami terhadap kepala daerah yang diundang bisa mengetahui, dan  masyarakat juga mengetahui sejarah Kerajaan Banjar. Pada haul ke-113,  kami ingin memberitahu kepada kepala daerah yang hadir  bahwa kami selama ini tetap menjaga peninggalan datuk-datuk terdahulu. Benda pusaka ini hilang, maka hilanglah kesejarahan,” imbuh Bonang.(jejakrekam)

 

 

 

Penulis Wan Marley

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.