Menyulap Banjarmasin Kota Perdagangan yang Unggul

0

BANJARMASIN hampir berusia 5 abad, tepatnya 491 pada 24 September 2017 lalu. Impian Pemkot Banjarmasin ingin menciptakan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini menjadi kota sungai terindah, sudah sepatutnya diikuti dengan roadmap menuju ke arah tersebut.

“SEDIKITNYA ada dua potensi yang menjadi unggulan Kota Banjarmasin yakni sungai yang membelah kota dengan alirannya. Kedua, potensi sebagai kota perdagangan dan jasa,” tutur Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kalimantan Selatan, Subhan Syarief kepada jejakrekam.com, Minggu (12/11/2017).

Dengan memetakan kedua potensi itu, arsitek lulusan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang ini menyarankan agar arah kiblat pembangunan Banjarmasin lebih diperkuat lagi. “Sayang, sudah puluhan tahun, kedua sektor itu sepertinya sangat lamban digali. Bahkan, condong kurang diperhatikan dalam format utuh dan terpadu arah penataannya,” tutur Subhan Syarief.

Menurutnya, jika Banjarmasin sudah dicitrakan sebagai kota sungai tentu seluruh aliran sungai, terkhusus lagi Sungai Martapura sebagai porosnya terus ditata.  “Namun, faktanya ketika wilayah yang menjadi konsentrasi untuk didandan jauh dari harapan sebagai etalase bantaran sungai yang memiliki karakter. Ini penting agar bukan sungai yang ditata, tetapi bantarannya,” beber Subhan.

Magister teknik ITS Surabaya ini mengungkapkan saat ini fungsi sungai baik secara fisik maupun non fisik belum tersentuh. “Buktinya, sungai masih banyak yang mati dan buntu , menyempit , dangkal dan kotor. Termasuk, aktivitas kehidupan sosial budaya serta lingkungan sungai masih belum tertampilkan seutuhnya sesuai konteks nuansa kebaharian atau kearifan lokal yang dimiliki Banjarmasin,” papar kandidat doktor Universitas Islam Sultan Agung (Unisila) Semarang ini.

Subhan mengakui dalam menata sungai di Kota Banjarmasin, saat ini hanya sekeadar menata fisik bantaran sungai saja , belum menata sungai dalam arti sebenarnya. Ia menyebut falsafah utama kerja revitalisasi sungai belum berjalan secara benar. “Sungai belum bisa dijadikan sebagai komoditas utama dalam membangkitkan sektor wisata terpadu, berkesinambungan yang mampu menjadikan kota dan masyarakatnya menjadi produktif , unggul dan berdaya saing,” ungkapnya.

Bagi Subhan, sungai di Banjarmasin jelas memiliki kekhasan dan keunikan yang tak dimiliki kota lain. “Sungai di Banjarmasin ini hidup dengan kearifan lokal, namun begitu dioptimalkan. Begitupula, potensi perdagangan dan jasa juga belum tersentuh pembangunannya,” ucapnya.

Dia menyebutkan potensi Pasar Sudimampir dan Pasar Ujung Murung yang menjadi pusat grosir bagi Kalsel dan provinsi tetangga, Kalteng dan sebagian Kaltim tidak dioptimalkan menjadi penggerak perekonomian Banjarmasin. “Pasar itu dibiarkan kumuh dan tak tertata sudah lebih puluhan tahun. Tak ada sentuhan dan pembenahan untuk menciptakan Pasar Sudimampir dan Pasar Ujung Murung setara dengan pasar yang jadi ikon kota lain, seperti Pasar Malioboro di Yogyakarta, Pasar Turi di Surabaya, Pasar Klewer Solo, terlebih lagi jika disandingkan dengan Pasar Tanah Abang Jakarta,” papar Subhan.

Nah, menurut dia, keberadaan Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir di tepian Sungai Martapura itu sebetulnya jika ditata betul-betul akan menjadi magnet bagi Banjarmasin. “Dalam menata kedua pasar itu tentu perlu sebuah kajian mendalam, jujur dan independen. Inilah mengapa saya katakan perlu roadmap terpadu, berkesinambungan dan berkarakter dalam memadukan potensi sungai dan kota perdagangan dan jasa di kawasan itu,” kata Subhan.

Dia menyayangkan saat ini terlihat apa yang dijalankan Pemkot Banjarmasin hanya sebuah kebijakan pembangunan yang parsial dan kondisional. “Seharusnya, sudah saatnya, Banjarmasin melepaskan diri dari itu. Sudah seharusnya konsep pembangunan kota ini punya sasaran utama dan jangka panjang yang hendak dicapai,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis : Ahmad Husaini

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Iman Satria

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.