Ziarah dan Tabur Bunga di Tugu 9 November 1945

0

TUGU para korban pertempuran 9 November 1945 di Jalan DI Panjaitan Banjarmasin, Jumat (10/11/2017) menjadi lokasi ziarah Walikota Ibnu Sina bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompida), para veteran, pejabat Pemkot Banjarmasin dan lainnya dalam peringatan Hari Pahlawan yang ke-72 tahun.

WALIKOTA Banjarmasin, Ibnu Sina mengatakan peristiwa heroik di kawasan Jalan DI Panjaitan yang dulunya merupakan markas tentara dan polisi NICA-Belanda pada 9 November 1945 merupakan rentetan dari perlawanan pejuang Indonesia terhadap Belanda, hingga puncaknya pada 10 November 1945 di Surabaya, yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

“Ziarah ke Tugu 9 November 1945 ini  penting bagi kita untuk menghormati jasa-jasa para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia,” ucap Ibnu Sina, saat menjadi inspektur upacara Hari Pahlawan di Balai Kota Banjarmasin.

Dia mengungkapkan selain di Tugu 9 November 1945, juga berdiri tugu serupa di Pengambangan, Banua Anyar yang merupakan bekas markas BPRIK. Untuk itu, Ibnu Sina mengingatkan pentingnya bagi generasi penerus bangsa untuk mengetahui sejarah perlawanan para pejuang terhadap Belanda di Banjarmasin.

Sementara itu, Ketua Umum ICMI Muda Kalimantan Selatan, Tubagus Suryawikadi berharap agar Tugu 9 November 1945 segera diperlebar dan ditinggikan. “Saya mengusulkan papan nama Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Banjarmasin dialih, sehingga Tugu 9 November 1945 bisa terlihat jelas dari jalan. Bukan seperti sekarang, seakan hilang pesan dari sebuah tugu peringatan peristiwa yang pernah terjadi pada 72 tahun silam,” ucap Tubagus.

Menurut dia, jangan sampai momentum tiap tahun peringatan Hari Pahlawan menjadi seremonial belaka. Terbukti, kata Tubagus, dari keberadaan Tugu 9 November 1945 yang menjadi saksi bisu gugurnya 9 pejuang Kalimantan saat bertempur dengan polisi dan tentara NICA-Belanda di kawasan yang merupakan pintu gerbang dari Benteng Tatas (kini jadi Masjid Raya Sabilal Muhtadin).

“Kesan yang tampak adalah tugu itu seperti dikalahkan dengan papan nama kantor. Apalagi, pagar yang dipasang juga terlalu kecil, sehingga tak bisa memuat banyak orang untuk datang berziarah atau menaruh bunga sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah gugur di tempat ini,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.