Pangeran M Noor, Insinyur Pemersatu Pejuang Kalimantan

0

PENCETUS Perang Kalimantan melawan penjajahan Belanda tak terpisahkan dari sosok Gubernur Kalimantan pertama, Pangeran Muhammad Noor. Nama bangsawan Kesultanan Banjar dari garis trah Sultan Adam Al-Wastiq Billah ini  sangat masyhur hingga diabadikan menjadi nama jalan dan bendungan di kawasan Riam Kanan, Kabupaten Banjar.

SOSOK insinyur jebolan Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) pada 1927, yang kelak dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1927. Pangeran Muhammad Noor pun menggantikan sang ayah, Pangeran Muhammad Ali duduk di Volksraad di era pemerintahan kolonial Hindia Belanda sebagai wakil dari Kalimantan.

Ketika menjabat Gubernur Borneo yang dulu berkedudukan di Yogyakarta di era pemerintahan Soekarno, Pangeran Muhammad Noor yang menugaskan Hasan Basry dan Tjilik Riwut untuk berjuang merebut kemerdekaan di Kalimantan. Hasan Basry dengan Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan. Sementara, Tjilik Riwut mengomando pasukan penerjun dari TNI AU bersandikan Muhammad Noor (MN) 1001.

Di bawah tangan dingin, Pangeran Muhammad Noor, kesatuan pejuang Kalimantan akhirnya bisa disatukan dalam Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan di bawah komando Hassan Basry pada 1945-1949. Hingga akhirnya,  Pangeran M Noor juga menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Di era kemerdekaan, Pangeran Muhammad Noor ditunjuk kakak angkatannya di ITB, Presiden Soekarno menjabat Menteri Pekerjaan Umum.  Gelar keinsinyurannya terbukti lewat karyanya seperti proyek Waduk Riam Kanan di Kalimantan Selatan dan Waduk Karangkates di Jawa Timur.

Gagasan seorang Pangeran Muhammad Noor adalah proyek pasang surut di Kalimantan dan Sumatera hingga pengembangan wilayah Sungai Barito dari PLTA Riam Kanan hingga pengerukan Muara Ambang Sungai Barito pada 1970.

Atas jasa dan pegabdiannya itu, Presiden Soeharto pun sempat menyematkan Anugerah Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama pada 1973. Hingga akhirnya, Pangeran Muhammad Noor menghembuskan nafas terakhir pada 15 Januari 1979 di Jakarta. Beberapa tahun kemudian, atas persetujuan keluarga besar, jenazah Pangeran Muhammad Noor pada 18 Juni 2010 dimakamkan kembali di Komplek Pemakaman Sultan Adam di Martapura.

Nama Pangeran Muhammad Noor hanya satu dari ribuan para pejuang Tanah Banjar dan Kalimantan yang belum menerima predikat sebagai Pahlawan Nasional. Ya, gelar tertinggi bagi para kesuma bangsa dari Tanah Banjar hanya tiga orang yakni Pangeran Antasari, Brigjen H Hassan Basry dan KH DR Idham Chalid.

Bagaimana dengan Pangeran Muhammad Noor? Dari berbagai seminar yang menghadirkan sejarawan nasional dan lokal, banyak pihak yang telah memastikan sosok sang insinyur dari keluarga bangsawan Banjar ini sangat layak untuk menyandang gelar pahlawan nasional.  Terlebih lagi, berbagai penghargaan diraih Pangeran Muhammad Noor, seperti Anugerah Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama.

Gaung untuk mengusulkan nama Pangeran Muhammad Noor masuk deretan pahlawan nasional makin menguat dalam peringatan Hari Pahlawan pada Jumat (10/11/2017) di Kantor Gubernur Kalsel. Menurut Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor, proses pengusulan gelar pahlawan nasional telah dijalankan Dinas Sosial Kalsel ke pemerintah pusat.

“Tahapan sudah memasuki tingkat Sekretariat Negara RI di Jakarta. Namun, karena usulan yang masuk ke Sekretariat Negara cukup banyak, sehingga tidak mudah mendapat gelar pahlawan nasional tersebut,” tutur Paman Birin, sapaan akrabnya.

Di mata dia, jasa Pangeran Muhammad Noor bagi Kalsel dan untuk Indonesia secara umum sudah tak terbantahkan. “Pangeran Muhammad Noor merupakan Gubernur Pertama Kalimantan. Beliau adalah di balik penyatuan para pejuang Kalimantan yang bersatu dalam Divisi IV ALRI Kalimantan untuk merebut kemerdekaan dari Belanda,” ujar Paman Birin.(jejakrekam)

 

 

 

Penulis Wan Marley
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.