Dilema Taksi Online dan Problema Angkutan Kota

0

KEHADIRAN taksi on-line tak ubahnya seperti pisau bermata dua, satu sisi ia merupakan solusi atas kemandegan sarana transportasi umum khususnya di kota Banjarmasin, di mana orang dapat dengan mudah memesan taksi untuk diantar ke suatu tempat.

DI SISI lain, sebagaimana kesulitan di berbagai kota di Indonesia, taksi on-line adalah pendatang baru yang sangat kompetitif dan dapat mengubah kemapanan yang ada terutama pada angkutan konvensional. Kedua sisi ini merupakan realitas yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, sehingga kehadiran taksi on-line sebagai komptetitor mendapat pertentangan dari para sopir dan organisasi angkutan karena menyangkut perbagai persoalan.

Pemerintah yang memiliki kewenangan dalam mengelola negara turun tangan dengan membuat regulasi, dan kemudian merevisi peraturan tersebut demi mensinkronkan keberadaan taksi on-line terhadap taksi konvensional.

Oleh karena itu, tulisan berupaya memaparkan kembali dua keadaan yakni angkutan umum kota Banjarmasin dan kehadiran taksi on-line. Saya tidak terlalu banyak menyinggung tentang aturan baru tetapi berusaha melihat dua sisi yang bertolak belakang dengan harapan sebagai upaya untuk meletakkan masing-masing pihak pada tempatnya.

Persoalan Angkutan Kota

Selama bertahun-tahun ini, kota Banjarmasin seperti kehilangan identitas kota, sebagaimana kota-kota pada umumnya di Indonesia, yakni ketiadaan penumpang angkutan umum. Sekitar satu bulan lalu, saya menumpang angkutan umum atau taksi kuning dari pal enam (kilometer 6) dengan tujuan terminal pasar Antasari dan terus ke Malabar.

Sepanjang perjalanan, taksi kuning bergerak perlahan dengan harapan dapat menemukan penumpang yang menunggu di tepi jalan atau melambaikan tangan, ternyata harapan itu bertepuk sebelah kanan, saya adalah penumpang satu-satunya hingga Pasar Malabar. Sepanjang perjalanan, saya dengan sopir berbicara tentang penumpang yang nyaris tidak ada itu. Ada beberapa faktor utama menjadi penyebabnya, yakni pergeseran terminal Antasari, dan massifnya pengguna motor.

Kebijakan pemerintah kota yang memperbaharui terminal Antasari dengan cara menggeser posisi terminal menjadi lebih tinggi membuat penumpang harus mendaki mencapai taksi kuning tersebut. Dampaknya adalah penumpang lebih banyak menunggu di bawah terminal atau di tepi jalan sehingga muncullah terminal bayangan, akibatnya terminal menjadi semrawut dan setali tiga uang ada berbagai persoalan hukum muncul akibat pergeseran terminal serta keterkaitannya dengan pembangunan Pasar Antasari.

Kemudian mudahnya masyarakat membeli, atau lebih tepatnya mengkredit sepeda motor, bahkan jika tidak dapat membeli sepeda motor baru, maka sepeda motor seken pun jadi, sehingga membuat orang lebih nyaman dan murah bepergian menggunakan sepeda motor. Penumpangtaksi kuning selain kalangan umum adalah para pelajar yang pulang pergi sekolah telah direbut oleh orang tua mereka dengan membawa sepeda motor.

Mereka dapat mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah atau bahkan jika yang tidak sibuk, mereka dapat mengantar dan menunggu anak-anaknya sekolah hingga pulang sekolah. Kalaupun orang tua tidak bisa mengantar, mereka memilih menyerahkan sepeda motor kepada anaknya untuk berangkat sekolah. Hasilnya parkir sekolah dipenuhi kendaraan roda dua dibanding sepeda biasa. Oleh karena itu, sepeda motor bukan lagi barang mewah yang hanya dimiliki orang-orang tertentu. Jika kalangan pelajar saja menggunakan sepeda motor untuk sekolah, terlebih lagi kalangan mahasiswa.

Konon, syarat masuk perguruan tinggi tidak hanya ditentukan oleh perguruan tinggi melalui serangkaian tes masuk, tetapi ditentukan oleh calon mahasiswa bersangkutan kepada orang tua, “mun ulun kada ditukarakan kendaraan, ulun kada hakun kuliah”. Sehingga tidak hanya taksi kuning yang sepi penumpang, tetapi jalan menuju kampus pun sepi dari mahasiswa yang berjalan kaki menuntut ilmu ke kampus. Selain kalangan pelajar dan mahasiswa, target penumpang taksi kuning adalah kalangan pegawai toko yang pulang malam hari, tetapi lagi-lagi karena kepemilikan sepeda motor yang sangat massif membuat sopir taksi kuning kehilangan penumpang. Meskipun dalam kondisi kesulitan penumpang, taksi kuning masih dapat bertahan hingga sekarang. Ternyata dalam waktu tertentu, taksi kuning dipenuhi jemaah yang menghadiri pengajian guru-guru di berbagai tempat di kota Banjarmasin ini.

Kondisi angkutan umum kota Banjarmasin ini agak berbeda dengan kota-kota lain, seperti kota Padang, Sumatera Barat, saat ini keberadaan angkot masih mendominasi meskipun jumlah pengguna sepeda motor tidak kalah banyaknya. Barangkali taksi kuning di kota Banjarmasin perlu didandani agar menarik sebagaimana angkot di Kota Padang.

Di tengah kesulitan penumpang, ternyata usaha transportasi umum terus bertambah melalui keberadaan taksi berbasis argo meter. Agaknya keberadaan taksi ini tidak menjadi permasalahan karena membidik pangsa pasar kelas menengah ke atas, terbukti dengan posisi mangkalnya adalah di hotel-hotel, pusat perbelanjaan, maupun berdekatan dengan fasilitas umum seperti kawasan perbankan. Sehingga taksi kuningdan taksi argo bukan sebagai kompetitor yang bersaing satu sama lain karena berada di wilayah berbeda.

Taksi On-Line Sang Kompetitor

Era globalisasi didukung dengan teknologi melalui kehadiran internet, perlahan-lahan bahkan secara cepat mengubah situasi dan kondisi masyarakat. Orang bisa berhubungan dengan orang lain dari tempat jauh tidak hanya melalui fasilitas telepon tetapi melalui jejaring sosial di dunia maya. Perkembangan begitu revolusioner ini tidak hanya berimbas pada layanan telekomunikasi dan data, tetapi mengubah apapun melalui layanan internet.

Hal yang tak terduga adalah dengan cepatnya layanan jasa taksi on-line memasuki kota demi kota hingga tiba di kota Banjarmasin. Begitulah di tengah keberadaan taksi kuning yang sekarat, serta taksi argometer masih sibuk berburu penumpang, taksi on-line hadirdiback-up aplikasi android seperti magnet menarik para penumpang (customer) dengan leluasa.

Harus diakui keunggulan taksi on-line terletak pada kekuatan layanan jasa operator. Calon penumpang tidak perlu menunggu di tepi jalan, atau menelpon pengemudi, mereka cukup menggunakan aplikasi android untuk menentukan tempat dijemput daerah tujuan bersamaan dengan itu calon penumpang pun segera mengetahui tarif yang harus dibayar. Penumpang pun memiliki kontrol kuat untuk menilai kemampuan sopir (driver) sepanjang perjalanan, itulah sebabnya sopir mau tidak mau bersikap seramah mungkin kepada penumpang karena laporan ketidakpuasan atas performance seorang sopir sangat mempengaruhi kesempatan kinerjanya kemudian. Sehingga di balik layanan jasa on-line terdapat dua hal penting yakni sistem nilai yang berlaku dan layanan berbasis sains karena semua data tentang aktivitas kegiatan seorang pengemudi terekam melalui sistem android tersebut.

Itulah sebabnya technology creates wealth by making production more efficient. The gives companies an edge over their competitors so that scientific knowledge that drives the production of new tehnologies is valuable inasmuch as it contributes towards adding value to the product(Shaw, 2008, hal. 43).

Kemampuan inilah yang belum dimiliki angkutan reguler atau angkutan konvensional, di mana pengelola operator taksi on-line sebenarnya adalah makelar yang cerdas tanpa memaksa penumpang untuk menaiki sebuah mobil atau motor, tetapi dengan fasilitas layanan ia memberikan daya tarik kepada penumpang.

Menimbang Layanan Taksi

Sebagai paparan di atas dapat diketahui perbedaan layanan reguler dan layanan on-line, pertama, kemampuan mendapatkan penumpang. Layanan reguler seperti taksi kuning biasanya mencari penumpang dengan mengitari route yang sudah ditentukan oleh pemerintah, adapun layanan taksi argo meter memiliki titik kumpul tertentu yang memungkinan penumpang berada di sekitar tempat tersebut, selain itu juga memberikan kesempatan penumpang untuk  menghubungi melalui layanan telepon kepada operator taksi argometer.

Hal berbeda dengan taksi on-line, operator jasa taksi ini seperti Grab, Go-Car dan lain-lain menyediakan tempat di dunia maya agar calon penumpang leluasa mengirimkan pesan dan segera menerima informasi biaya serta mendapatkan telepon konfirmasi dari sopir yang akan menjemputnya. Bahkan setelah sampai di tempat tujuan, penumpang dapat memberikan penilaian kepada sopir yang membawanya.

Sementara itu, bagi pengemudi memudahkan dalam mencari penumpang sehingga kinerja mereka lebih efektif dan efisien. Pengemudi punya kebebasan untuk menentukan berapa penghasilan yang ingin didapatkan setiap harinya. Taksi konvensional yang masih menggunakan model setoran maupun persentase dirasa tidak memberikan keleluasaan bagi pengemudi(Prihatin, 2016).

Kedua, sopir taksi reguler atau konvensional sesungguhnya memiliki kemampuan pemahaman geografis lokalitas setempat dan mereka memiliki pengalaman dalam membawa penumpang yang tidak dimiliki sopir taksi on-line.Kelebihan ini sudah semestinya dilengkapi dengan kualitas layanan pribadi maupun dari layanan operatornya.

Taksi On-Linesebagai Kompetitor Positif?

Revisi peraturan Menteri Perhubungan terhadap Taksi on-line, setidaknya memberikan rasa keadilan bagi taksi konvensional yang sudah sejak lama melayani masyarakat dan mendapatkan penghidupan dari pekerjaan tersebut.Sebagaimana diketahui bahwa :

Perumusan kembali rancangan aturan revisi PM. 26 merupakan suatu keharusan demi persaingan usaha yang sehat. Direktur Angkutan dan Multimoda Ditjen Perhubungan Darat Cucu Mulyana kembali menerangkan 9 poin dalam rancangan revisi dalam PM. 26 termasuk tentang argometer taksi, wilayah operasi, kuota, tarif, persyaratan minimal jumlah kendaraan, BPKB, domisili TNKB, SRUT, serta peran aplikator.

“Hal lainnya di luar 9 poin tersebut adalah stiker dan asuransi. Stiker untuk kepentingan domain pengawasan di lapangan. Stikernya berdiameter 15 cm. Stiker menunjukkan perijinanya sudah lengkap karena dapat termuat semua,” terang Cucu. (Publik, 2017)

Atas dasar itu, taksi on-line telah menjadi bagian dari taksi yang diakui secara resmi oleh pemerintah, kini saatnya taksi konvensional untuk berbenah diri guna bertahan atau bersaing dengan taksi on-line. Kini, selain ketentuan dari pemerintah sebagai payung hukum demi kesetaraan dan mengakomodir kepentingan semua pihak, yang diperlukan adalah daya kreatif penyelenggara atau operator layanan taksi konvensional mencari celah atau mendapatkan kekuatan baru untuk bertahan terhadap keberadaan taksi on-line.

Penutup

Kemajuan teknologi mau tidak mau merubah tatanan yang ada, termasuk dengan kehadiran taksi on-line di kota Banjarmasin. Sesungguhnya ada dua persoalan penting yang dijadikan renungan dalam tulisan ini. Pertama, keberadaan taksi on-line dengan segala polemiknya adalah kompetitor bagi taksi konvensional yang ‘memaksa’ pemerintah dan pengelola taksi konvensional memproteksi diri demi keadilan. Kedua, dampak dari taksi on-line sesungguhnya tidak hanya bagi taksi konvensional, tetapi penumpang yang dibuai kemudahan mendapatkan dan menumpang taksi on-lineperlahan tapi pasti mengalami dampak sosial. Jalan raya kota Banjarmasin adalah arena private karena dilewati orang dengan tumpangan masing-masing. Perlahan kita kehilangan angkutan umum seperti taksi kuninghingga taksi hulu Sungaisebagai tempat lebih dari sekedar untuk menumpang melainkan saling mengenal, berbincang dan jalinan hubungan sosial lainnya.(jejakrekam)

Penulis : Nasrullah, S.Sos.I., M.A

Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

FKIP ULM

Foto   : Trend Sulut

Tulisan ini telah dipresentasikan dalam diskusi #Teras Demokrasi dengan Tema Kebijakan Baru Taksi On-Line diselenggarakan INDEPEMDA (Institut Demokrasi dan Pemerintah Daerah) di Sekretarian INDEPEMDA Banjarmasin , Senin 30 Oktober 2017

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.