Sungai Martapura Masih Kotor. Ini Kata Perwakilan Jateng

0

BANJARMASIN bersiap diri untuk menggeber Kongres Sungai Indonesia (KSI) III yang akan dikuti sedikitnya 32 provinsi. Kongres yang akan dihadiri perwakilan dari Provinsi Aceh hingga Papua itu berlangsung pada 1-4 November 2017. Rencananya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Pandjaitan akan membuka even berskala nasional ini.

KEDATANGAN perwakilan dari berbagai  provinsi ke ibukota Provinsi Kalimantan Selatan sudah terlihat sejak Selasa (31/10/2017). Bahkan, mereka sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti rapat-rapat  di KSI III yang akan dibagi dalam empat komisi di Banjarmasin.

“Ada 100 orang yang ikut dalam rombongan Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Kami sudah datang duluan, sebelum pembukaan Kongres Sungai Indonesia (KSI) III di Banjarmasin,” ujar Dody, perwakilan dari Universitas Diponegoro (Undip) Peduli Sungai kepada jejakrekam.com, di Banjarmasin, Selasa (31/10/2017).

Ia mengakui Banjarmasin telah menunjukkan eksistensinya sebagai kota sungai di Indonesia. Hal ini terlihat dengan konsep penataan Sungai Martapura yang berada di pusat kota. “Sayangnya, kami melihat Sungai Martapura masih kotor. Padahal, posisi sungai ini berada di pusat kota itu, sepatutnya bersih dan tak ada lagi sampah-sampah di sungai,” kata Dody.

Jebolan Undip Semarang ini mengakui konsep sungai di Banjarmasin sepertinya mengarah atau meniru pola-pola penataan ala negara Eropa. “Terpenting itu adalah menciptakan kesadaran warga kota dengan menjadikan sungai sebagai berada di depan bukan belakang rumah. Kalau sungai berada di belakang rumah, tentu akan terlihat kotor dan kumuh. Inilah yang perlu ditanamkan sebuah kesadaran pentingnya menjaga sungai,” tutur Dody.

Sementara itu, mantan anggota DPRD Kalsel Anang Rosadi Adenansi justru mengatakan sependapat dengan pernyataan guru besar FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof MP Lambut  soal keraguan bisa menciptakan kota sungai terindah. “Saya malah bukan sangsi lagi, tapi mustahil. Faktanya, lihat saja sungai-sungai yang telah dikalahkan pelebaran jalan. Ini belum bicara sungai-sungai yang telah menjadi got, bahkan mati,” ucap Anang Rosadi.

Dia mencontohkan program pembuatan jalan arteri di sepanjang Jalan Achmad Yani telah mematikan sungai di sisi kanan dan kirinya. “Bahkan, proyek pembuatan jalan sekunder di Jalan Soetoyo S yang sudah kami garap, dibiarkan tanpa dilanjutkan. Akhirnya, sungai pun mati karena sudah jadi pemukiman dan pertokoan,” ucap insinyur jebolan Universitas Jaya Baya Jakarta ini.

Menurutnya, untuk mengembalikan sungai di Banjarmasin butuh pemimpin yang tegas, tak perlu kompromi terhadap pelanggaran jalur hijau atau lahan milik negara. “Jika itu tidak dilakukan Pemkot Banjarmasin, jangan harap kota ini menjadi kota sungai terindah, malah jadi terkotor. Ini belum lagi, program betonisasi sungai yang merusak sirkulasi air,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Didi G Sanusi

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.