Bersaing di Pasar Dunia, Mutu Karet Kalsel Masih Rendah

0

MUTU karet yang dihasilkan dari perkebunan di Kalimantan Selatan hingga dijual para pedagang dinilai masih rendah. Akhirnya, produk dari proses pengumpalan getah tanaman karet (lateks) ketika dilempar ke pasar dunia, kalah bersaing. Terutama, produk serupa dari negara lainnya seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand.

DIREKTUR Standarisasi dan Pengendalian Mutu Direktorat Jenderal PKTN Kementerian Perdagangan RI, Can Srini Mustika Dewi mengungkapkan sejak 2011, pihaknya terus mendorong agar provinsi-provinsi penghasil karet termasuk Kalimantan Selatan untuk meningkatkan produk karetnya.

“Makanya, kami merekomendasikan agar para petani dan pedagang menggunakan penggumpalan alami. Jangan menggunakan kontaminan atau tambahan yang melanggar persyaratan. Bagaimana pun, jika hal itu dilakukan, maka mutu SIR (Standar Indonesia Rubber), sheet, atau crumb rubber yang dihasilkan tidak bisa bersaing di pasar internasional,” ujar Can Srini Mustika Dewi kepada wartawan, di sela-sela focus group discussion (FGD) Revisi Permendag Nomor 54 Tahun 2016 tentang Pengawasan Mutu Bahan Olah Karet di Hotel Mercure Banjarmasin, Senin (30/10/2017).

Ia berharap pembinaan bisa lebih intensif diberikan kepada para pedagang serta petani, terutama dari Pemprov Kalsel. Menurutnya, lahirnya UU Pemda Nomor 23 Tahun 23 Tahun 2014, kewenangan pengawasan memang kini tak lagi ditangani kabupaten dan kota.  “Makanya, pengawasan sekarang bisa dilakukan pemerintah provinsi,” ucapnya.

Rendahnya mutu karet yang dihasilkan dari  petani dan pedagang juga diakui Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Birhasani. “Saat ini, karet asal Indonesia masih kalah bersaing dengan Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. Ya, akibat adanya kontaiman atau campuran dalam produk karet seperti terdapat kayu, daun dan lainnya. Yang terberat adalah dicampur dengan batu atau sandal. Akhirnya, pedagang yang dirugikan akibat mutu karetnya rendah,” katanya.

Menurutnya, saat ini pasar produk seperti lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), dan karet remah (crumb rubber) yang menjadi bahan baku industri karet di dunia internasional,  sudah sangat selektif.  “Untuk harga karet masih Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu per kilogram, karena jauhnya jarak dengan pabrik pengolahan. Berbeda, jika dekat, harganya bisa menembus Rp 6 ribu hingga Rp 7 ribu per kilogram,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : PT WLKB

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.