Manfaatkan Lahan Kosong untuk Produksi Jagung

0

PENETAPAN Kabupaten Tanah Laut sebagai lumbung jagung nasional oleh pemerintah pusat, disikapi Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (UNUKASE) dengan pengembangan produk pertanian holtikultura tersebut. Pemkab Tanah Laut bersama perguruan tinggi yang dikelola PWNU Kalsel ini tengah menggarap lahan-lahan kosong yang produktif untuk meningkatkan produktivitas jagung.

BERDASAR data produksi jagung Kalsel pada 2016 mencapai 198 ribu ton, penyumbang terbesar berasal dari Kabupaten Tanah Laut mencapai 115 ribu ton atau lebih 60 persen. Potensi ini dimanfaatkan UNUKASE dengan Bupati Tanah Laut Bambang Alamsyah menjalin kerjasama pemanfaatan lahan bekas areal tebu milik PTPN XIII.

“Jadi, pengembangan dan pemanfaatan lahan produktif yang belum termanfaatkan di Kecamatan Pelaihari, tepatnya bekas areal lahan tebu. Untuk awal lahan yang sudah siap digarap mencapai 3 hektare dari 100 hektare yang akan dijadikan perkebunan jagung,” ujar Ketua Badan Pengurus UNUKASE, HM Syarbani Haira kepada jejakrekam.com, Selasa (24/10/2017).

Dengan keterlibatan UNUKASE lewat pendidikan dan pengabdian, Syarbani berharap angka produktivitas jagung di Kabupaten Tanah Laut bisa meningkat tajam. Terlebih lagi, saat ini sudah berdiri dua pabrik pakan ternak seperti PT Japfa Compeed dan pabrik lainnya.

Menurut Syarbani, pemanfaatan lahan produktif juga bisa menyadarkan masyarakat pentingnya untuk mengembangkan potensi jagung, yang tak lagi hanya menjadi bahan konsumsi. “Selama ini, masyarakat kita menganggap jagung itu hanya jadi kudapan untuk digodok atau dibuat dalam menu sayur. Padahal, potensi jagung untuk bahan baku pakan ternak jauh lebih bernilai ekonomis tinggi dan lebih menguntungkan,” paparnya.

Ia mengatakan pengembangan pertanian palawija juga sejalan dengan kebijakan pemerintahan Joko Widodo, dengan menggandeng perguruan tinggi sebagai inspirator dalam penembangan industri pertanian. “Kita harus belajar dari pengalaman yang ada. Sebelumnya, Kalsel ini lebih dominan untuk menggarap sumber daya alam secara instan, seperti kayu, rotan, hingga sekarang batubara yang tak bisa diulang lagi. Sedangkan, industri pertanian seperti jagung jauh lebih menjanjikan,” tutur Syarbani.

Jebolan magister sosiologi Universita Gadjah Mada (UGM) ini mengatakan pengembangan industri pertanian juga akan dijajaki dengan beberapa daerah, seperti Pemkab Balangan, Hulu Sungai Utara (HSU) dan Tabalong. “Bayangkan saja, kuota yang dibutuhkan pabrik pakan ternak untuk produksi jagung belum bisa disuplai Kalsel. Ini merupaan peluang besar bagi Kalsel yang memiliki lahan kosong yang belum termanfaatkan untuk ditanami jagung. Sebab, untuk menanam jagung bisa panen dalam 3 bulan sekali, sehingga dalam setahun bisa empat kali panen,” tutur Syarbani.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

Editor  : Didi G Sanusi

Foto    : PWNU Kalsel

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.