Luruskan Problema Kota, Bedah Buku Menarik Audien

0

MELURUSKAN persoalan Kota Banjarmasin yang kian lama kian perlu dibenahi, maka melalui bedah buku “Jika(aku) Jadi Wali (nya) Kota” membuat audien bersemangat, dan menarik perhatian, tentunya dengan pertanyaan dan gagasan yang menyentuh untuk Kemajuan Kota Banjarmasin.

DARI tahun ke tahun, nila mencermati pertumbuhan dan perkembangan Kota Banjarmasin, kemudian mengkolerasikan dengan karakteristik, geografis, sosial budaya, plus potensi khas yang dimiliki Kota Seribu Sungai, maka pasti kegalauan akan selalu muncul menghantui benak hati.

Demikian terungkap dalam bedah buku “Jika (Aku) Jadi Wali (Nya) Kota” yang digelar jejakrekam.com di aula Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi Kalsel, dihadiri aktivis LSM/OKP/Mahasiswa, legislative, advokat, jurnalis, eksekutif, dan unsur jasa konstruksi, sebagai bentuk rangkaian Hari Jadi ke-491 Kota Banjarmasin, Jumat (29/09/2017).

Subhan Syarief sebagai penulis buku memaparkan bagaimana kondisi pertumbuhan Kota Banjarmasin saat ini. Pasalnya potensi dan karakteristik khas dimiliki Kota Banjarmasin semakin jauh tertinggalkan, bahkan terabaikan. “Gambaran potret kota yang telah semakin sepuh, bahkan rapuh sangat kental terasa.

“Bila tidak segera dilakukan upaya pembenahan, maka bukan tidak mungkin gambarang kondisi kota dalam waktu 15-20 tahun ke depan akan menjadi sangat menyesakkan. Kota akan semakin kumuh, kacau, tidak nyaman, dan ancaman kerusakan Kota Banjarmasin pun melanda,” tuturnya.

Selain itu, sambung alumni ITN Malang ini, produksi sampah yang setiap tahun semakin bertambah, tanpa penanganan yang benar juga akan memperparah kerusakan lingkungan Kota Banjarmasin.

Tak kalah pentingnya, Ia berharap, Kota Banjarmasin lebih bisa bermawas diri terhadap kecalapan atau banjir di kawasan pojok ketika diguyur hujan. “Durasi 1-2 jam saja, maka air akan tumpah dan membuat masalah baru, seperti di pasar Sentra Antasari, depan Hotel Mentari dan BNI, seputar Masjid Noor-Sudimampir.  Tak terkecuali di kawasan pemukiman juga mengalami banjir, seperti Jalan Gatot Subroto, Kuripan, Kebun Bunga, Kayu Tangi, Sungai Jingah, serta genangan air di seputar Gedung Sultan Suriansyah harusnya menjadi perhatian,” kata Subhan.

Meski begitu, Ia mengakui, setiap tahun ketika Hari Jadi Kota Banjarmasin selalu digaungkan citra kesuksesan pemerintah kota. “ya, hiruk pikuk pencitraan akan suksesnya pembangunan yang digebrak steakholder dan pengambil kebijakan didukung  melalui iklan media, kadang terasa sangat sumbang. “Pembangunan yang berbasis project dengan berbagai chasing seperti normalisasi ataupun penataan sungai, mengatasi kemacetan kota, normalisasi ataupun pembuatan saluran drainase untuk menanggulangi banjir, dan dalam hal lainnya terasa kontras,” bebernya.

Dalam kesempatan itu hadir sebagai pembedah buku seperti Kepala Dinas PURP H Gusti Riduan Sofyani,  Anang Rosyadi (mantan anggota DPRD Provinsi Kalsel), H Taufik Hidayat (mantan Ketua DPRD Kota Banjarmasin), H Johansyah (anggota DPRD Kota Banjarmasin), H Wijaya Kusuma Prawirakarsa ( Wakil Ketua Kadin dan BPD Gapensi Kalsel), Ketua Intakindo Nanda Pratama, Advokad Senior MN Hasby Mahbara, Ketua Gepak Kota Anang Misran, kalangan jurnalis, aktivis LSM/OKP, BEM, LPM, dan sejumlah undangan lainnya. (jejakrekam)

Penulis  : Afdi Achmad

Editor    : Fahriza

Foto      : Iman S

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.