Mengenang Perjuangan Panglima Batur, Pemkab Barut Laksanakan Susur Sungai

0

SEBAGAI wujud penghormatan dan mengenang jasa pahlawan yang telah gugur mendahului, jajaran Pemerintah Kabupaten Barito Utara, bersama TNI dan Polri melaksanakan kegiatan susur Sungai Barito menggunakan speed boat.

Adapun desa yang dikunjungi rombongan adalah Desa Pendreh, Desa Lemo dan Desa Bintang Ninggi. Kedatangan rombongan ini untuk memberikan  bendera merah putih yang disambut oleh ratusan masyarakat serta para pejuang yang telah ikut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan puluhan tahun silam.

“Generasi muda merupakan penerus perjuangan yang nantinya pasti akan  melanjutkan pembangunan di masa masa mendatang. Dengan berkibarnya bendera merah putih menjadi cerminan semangat patriotisme, terlebih lagi bertepatan pada bulan Agustus. Dimana seluruh bangsa Indonesia akan menyambut hari ulang tahun kemerdekaan ke-72,” kata Bupati Barut H  Nadalsyah saat memimpin apel sebelum keberangkatan di Waterfront City, Senin (14/8)

Dirinya, lanjut dia, mewakili pemerintah daerah mengucapkan terimakasih dan menyambut baik kegiatan susur Sungai Barito napak tilas Panglima Batur yang dilaksanakan  Kodim 1013 Muara Teweh.

“Kegiatan ini untuk mengenang sejarah perjuangan Panglima Batur melalui jalur Sungai Barito,” jelasnya.

Bupati pun menceritakan sejarah singat Batur bin Barui yang lahir di Desa Buntok Baru, Barito Utara pada   1852 dan meninggal di Banjarmasin pada  1906. Dimana masyarakat daerah aliran Sungai Barito sangat mengenal nama tersebut yang gigih melawan penjajah Belanda.

“Panglima perang suku dayak ini bersama pasukannya yang hanya berbekal alat senjata sederhana, berperang melawan belanda yang menggunakan persenjataan perang lengkap pada masa itu,”jelasnya.

Dikatakannya, Panglima Batur ditahan dan dipenjara di Banjarmasin dari bulan Mei 1905 hingga Juni 1906, sampai dengan Pengadilan Tinggi Belanda di Surabaya Jawa Timur dan Mahkamah konstitusi Belanda di Batavia menetapkan,  Panglima Batur bersalah atas tuduhan makar. Setelah itu Panglima Batur di bawa ke Banjarmasin dan dihukum gantung dengan tuduhan makar.

Namun saat hendak dieksekusi di tiang gantung salah satu alatnya tidak berfungsi, dan saat itu hukuman ditunda. Setelah tertunda sepekan, lanjut bupati pejuang asal Barito yang taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam tersebut kembali dihukum gantung. Pejuang asal Barut yang dihadiahi 1.000 golden saat mau dihukum ternyata sudah meninggal.

Namun jasadnya tetap dibawa ke tiang gantungan untuk diperlihatkan pada masyarakat bahwa, Panglima Batur benar-benar dihukum gantung dan jenazahnya dikubur di Kuin Banjarmasin. Selanjutnya pada 21 April 1958 Makan Panglima Batur dipindahkan ke komplek Makan Pahlawan Banjar di Kawasan Mesjid Jami Banjarmasin.

“Melalui kegiatan susur sungai napak tilas Panglima Batur, akan dapat menumbuhkan semangat jiwa juang dan cinta tanah air, khususnya bagi generai muda,”pungkasnya.(jejakrekam)

 

Penulis  : Bani

Editor    : Fahriza

Foto      : Bani 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.