Era Moda Transportasi Sungai Banjarmasin Berakhir?

0

ERA kejayaan transportasi sungai seperti speedboat, klotok, longboat dan jukung di Banjarmasin pada 1980 hingga 1990-an, sepertinya telah berlalu. Perkembangan infrastuktur jalan yang telah digenjot puluhan tahun ini menggantikan keberadaan moda transportasi sungai yang dulunya menghubungkan Banjarmasin dengan beberapa kota seperti Palangkaraya, Kuala Kapuas di Provinsi Kalimantan Tengah dan daerah lainnya.

TERGERUSNYA transportasi sungai yang makin terpinggirkan juga mengakibatkan mati surinya bisnis angkutan perairan di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Akses jalan darat yang sudah terkoneksi antar kota dan daerah ini dengan ketepatan dan kecepatan waktu telah menjadi pilihan bagi para penggunanya.

Kasi Sarana Transportasi Sungai Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin, Triyono mengakui saat ini bisnis moda transportasi sungai mengalami penurunan drastis, ketika angkutan jalan lebih dipilih warga saat bepergian antar satu daerah. “Saat ini, taksi sungai yang dulu bisa menggunakan speedboat atau longboat dengan rute Banjarmasin ke Palangkaraya sudah tak beroperasional lagi. Bahkan, izin trayek speedboat ini sudah dicabut,” ucap Triyono kepada jejakrekam.com, di Banjarmasin, Rabu (2/8/2017).

Dampak yang dirasakan dengan matinya jalur transportasi sungai antar dua kota besar di Pulau Kalimantan ini diakui Triyono, sangat berimbas kepada para pelaku usaha dan pemilik speedboat di beberapa pangkalan seperti di kawasan Jembatan Dewi, Jembatan Merdeka dan lainnya. “Bukan hanya pelaku usaha yang merasakan dampak, sekarang potensi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor transportasi sungai juga mengalami penurunan hingga 40 persen,” tuturnya.

Terbukti, menurut Triyono, target PAD dari retribusi angkutan sungai dalam APBD 2017 mencapai Rp 80 juta, sangat sulit diwujudkan. “Kemungkinan untuk tahun ini tak bisa tercapai. Sebab, saat ini, transportasi sungai yang didominasi klotok untuk keperluan wisata susur sungai dan sebagian lagi untuk kapal ferry penyeberangan dari Banjarmasin ke Tamban (Kabupaten Barito Kuala). Sekarang, tak ada lagi yang bisa diandalkan untuk transportasi sungai massal,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Iman Satria

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.