Awas, Ada Filter Bubble yang Bisa Mencuri Data Anda

0

DUNIA kini tanpa batas. Berselancar di dunia maya tak lagi mengenal garis regional antar negara. Dalam genggaman seperti handphone berbasi android, jaringan internet atau dunia maya bisa dimasuki dan diakses si pengguna.

SADARKAH Anda ternyata ketika kita berselancar di internet justru sudah masuk dalam pengawasan penyedia konten. Ini artinya, logika algoritma berlaku, setiap akses dana internet maka para pengguna bisa dilacak atau diketahui. Walau tak semua konten di jejaring yang tersedia melakukan pencurian data para pengguna, toh ketika menelusuri lewat mesin pencari goggle, misalkan akan keluar hasil yang berbeda dengan pengguna lainnya.

Nah, hal itu dibeber Directur Executive Office geevv.com. Azka Asfari Silmi di sela sosialisasi Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Hotel Victoria Banjarmasin, Kamis (27/7/2017). Ia menjelaskan fenemona itu disebut filter bubble, yang bisa terjadi karena ada riwayat penggunaan internet. “Penyedia konten sudah mengetahui si pengguna suka sektor apa saja, sehingga konten-konten yang keluar saat dicari pun berkaitan dengan sektor kesukaan pengguna tersebut,” tutur Azka Asfari Silmi.

Masih menurut dia, beberapa penyedia layanan internet memberlakukan pencurian akses data tersebut dengan rumus algoritma. “Memang tidak semuanya begitu. Tapi kebanyakannya memberlakukan copy data si pengguna. Sehingga penyedia layanan tahu si pengguna menyuka hal apa di internet. Misal ada dua pengguna internet memasukan kata pencarian yang sama di google.com maka konten yang keluar berbeda. Itu dikarenakan kebiasaan riwayat konten yang dibuka masing-masing pengguna,” paparnya.

Untuk itu, menurut dia, oleh penyedia layanan dicopy sehingga banyak kan iklan-iklan yang berhubungan dengan kebiasaan yang kita buka masuk ke handphone kita. “Nah itu filter bubble namanya,”  ucapnya. Dikatakan Azka, filter bubble tersebut bisa berefek negatif terhadap penggunanya. Karena konten-konten tertentu terus muncul maka pengguna penasaran, sehingga mengklik dan masuk ke kotnen tersebut.

Bahkan, menurut Azka, sudah terbukti karena efek filter bubble tersebut sampai membawa pengguna internet ke paham radikalisme dan terorisme.”Filter bubble memperburuk efek negatif. Contohnya karena karena internet menciptakan terorisme seperti yang dialami Ivan Nasugion dari Medan. Karena dia punya akses internet selama satu tahun belajar paham radikalisasi, mulai dia terpapar masalah ISIS, dia ngefans sama ISIS dan Abu Bakar al Bagdadi. Filter bubble itu juga bisa dijadikan alat propaganda untuk mendorong orang lain, seperti yang sudah dialami Ivan Nasution. Awalnya penasaran lalu membuka konten, lalu terpengaruh. Contoh propaganda yang dilakukan ISIS misalnya mereka kan jago menggunakan internet dan membuat konten. Mereka sering menampilkan konten aksi teror kecil di negara lain dan menggiring opini apa yang mereka lakukan tidak ada apa-apanya. Hal-hal gini ya karena filter bubble dari kebiasaan kita dan data dicrack lalu muncul konten-konten yang berhubungan,” katanya panjang lebar.

Memang menurut Azka, ada beberapa cara untuk mencegah filter bubble tersebut. Selain ada cara teknis juga bisa dengan menghapus riwayat penggunaan internet kita. Yang juga cukup penting, sambungnya, adalah dengan memilih informasi yang tepat dalam mengakses konten tertentu. ”Software untuk mencegah filter bubble memang sudah banyak tersedia. Tapi ada cara yang paling ampuh adalah menggunakan media internet yang tidak menggunakan crack. Medsos dan search engine beberapa diantaranya ada yang tidak menggunakan crack sehingga data kita tidak masuk ke sistem admin. Intinya kenapa data kita dicrack oleh penyedia layanan internet itu untuk diketahui apa saja yang kita suka. Sehingga nanti masuk konten-konten yang relefan dengan kesukaan kita. Nah, jika kita salah asal Kelik maka bisa saja masuk ke konten yang berbau radikalisme, terorisme dan lain sebagainya,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Wan Marley

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Iman Satria

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.